SULAIMAN Weblog

Pendahuluan

Salah seorang pahlawan nasional ialah Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta, 11 November 1785, meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun. Ia putra tertua dari Sultan Hamengkubuwono III (1811 – 1814). Ibunya, Raden Ayu Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan.

Pangeran Diponegoro memiliki visi nasional, dan  idealis kebangsaan dan kernegaraan, telah berjuang melawan Belanda, dia keturunan ningrat atau bangsawan Jawa yang namanya sangat harum baik dikalangan masyarakat jawa maupun di masyarakat nusantara, dia terkenal sebagai pembela rakyat kecil dari penindasan maka perjuangannya mendapat dukungan dari seluruh penduduk khususnya di pulau Jawa.

Seluruh sepak terjang dan kiprah perjuangan Pangeran Diponegoro dalam perjuangan kemerdekaan, sepatutnyalah diakui dengan sekumpulan gelar, yakni : Penjaga Martabat Kraton; Penyelamat dan Pelestari Kraton; Ratu Adil; Pencetus Perang Jawa;  Pangeran Atas Angin; Ekstrimis Inlander yang luar biasa; Pengobar Semagat Kebangsaan; Pejuang yang Jujur, Stabil dan Tangguh.

Penjaga Martabat Kraton

Suasana di dalam kraton yang penuh intrik menyebabkan kehidupan kekeluargaan menjadi kurang nyaman, terdapat kemerosotan moral akibat penetrasi budaya dari pengaruh kekuasaan Belanda, bahkan Belanda mencoba mengatur urusan-urusan dalam kraton dan perencanaan raja mendatang, maka keadaan menjadi tidak kondusif untuk pendidikan dan pembentukan akhlak mulia. Banyak para pangeran yang lebih suka hidup bermewah-mewah dan berpesta-pora, berdansa-dansi hingga larut malam, terpengaruh oleh budaya barat. Sejauh ini Belanda berhasil melemahkan kewibawaan dan kekuatan raja.  Nama baik kraton menjadi diujung tanduk kehancuran, terjadi penurunan kepercayaan, martabat dan kewibawaan kraton di masyarakat luas.

Hati Pangeran Diponegoro tidak bisa menerima semua ini, terutama ketika melihat campur tangan Belanda yang semakin besar dalam persoalan kerajaan Yogyakarta. Pangeran Diponegoro sangat tidak setuju dengan adanya sistim perwalian dalam pemerintahan sehari-hari di kraton yang terdapat campur tangan Residen Belanda yang bisa mengatur raja, mengatur kehidupan kraton dan mengatur kehidupan semua penduduk pribumi dengan berbagai peraturan tata tertib yang dibuat oleh Pemerintah Belanda. Dia ingin merubah suasana yang semakin memburuk ini dan  bertekad untuk mengembalikan martabat kraton.

Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Pangeran Diponegoro, ialah :

a.  Berusaha menyingkirkan siapa saja di Kraton yang telah dipengaruhi oleh Belanda — Seperti Patih Danuredjo penyelenggara pemerintahan kerajaan yang tunduk pada tuntutan dan perintah Belanda –  serta Pangeran Diponegoro adalah orang pertama yang berani mengecam dan menentang secara terang-terangan segala peraturan tindakan Kraton yang merugikan rakyat, tentu saja usahanya tidak berhasil malah dia dianggap memberontak terhadap kraton, maka kraton memusuhi dan memerangi Pangeran Diponegoro.  Tidaklah mengherankan jika sebagian orang berpendapat bahwa Perang Diponegoro bersumber dari masalah konflik para ningrat di Kraton Yogyakarta.

b.  Berusaha merampas kembali tanah milik kraton yang telah dikuasai oleh Belanda, usaha inipun mengalami kegagalan karena para pangeran yang diuntungkan dengan sistim sewa, telah hidup dalam kemewahan dan bermegah-megah, takut kehilangan penghasilannya yang  besar, maka mereka semua memusuhi Pangeran Diponegoro.

c.  Berusaha menyatukan seluruh rakyat pribumi dalam semangat “Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati“; sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati. Usaha ini berhasil karena disertai dengan memelopori, mencontohi dan memberikan komando yang jelas kepada semua rakyat khususnya di Pulau Jawa.

d.   Berusaha menetapkan tujuan perang, yakni menghilangkan pengaruh buruk Belanda di kraton, membebaskan rakyat dari penjajahan, bukan bertempur dengan kraton, bukan memusuhi penduduk pribumi dan bukan memerangi sesama warga. Pencapaian tujuan perang ini berhasil, karena Pangeran Diponegoro selalu mengawasi setiap kegiatan perang dan semua pasukannya mentaati tujuan perang yang telah ditetapkan tersebut. Maka tidaklah mengherankan jika perjuangan Pangeran Diponegoro mendapat dukungan dari semua penduduk. Maka terjadilah pertempuran yang sangat sengit di mana-mana, terjadi perang sangat besar yang tidak diduga sebelumnya, maka pihak kraton dan Belanda merasa kewalahan, dan berusaha untuk memadamkan perang ini,  pertama-tama mengutus Pangeran Mangkubumi — keluarga kraton yang masih dihormati oleh Pangeran Diponegoro – tetapi Pangeran Mangkubumi justru berbalik, malah bersepakat dan membantu perjuangan Pangeran Diponegoro. Pihak kraton dan Belanda merasa sangat terpukul atas kegagalan ini.

Penyelamat dan Pelestari Kraton Yogyakarta

Hubungan kraton dengan masyarakat luas terutama umat islam mengalami ketidakharmonisan, terutama pasca pembunuhan massal ulama dan santri oleh Sunan Amangkurat I tahun 1647, Sultan Hamengkubuwono I telah banyak merintis kerjasama kraton dengan umat islam antara lain dengan upacara grebeg, sekaten dan lainnya, tetapi  Pangeran Diponegoro yang memiliki pemahaman luas tentang agama islam, berhasil mendekati para ulama dan kyai serta berhasil menghilangkan permusuhan dari umat islam, dan berhasil menyatukan kembali dua kubu yang kurang harmonis tersebut, maka peran Pangeran Diponegoro telah menciptakan hubungan kraton dengan masyarakat islam  semakin akrab, semakin harmonis, semakin kuat dan semakin saling mendukung. Haruslah diakui bahwa Pangeran Diponegoro yang memiliki jiwa kebangsaan dan jiwa kepemimpinan merupakan salah seorang penyelamat kraton dari kehancuran, dan pelestari keberadaan kraton, khususnya kraton Yogyakarta.

Ratu Adil

Sultan Hamengkubuwono I adalah seorang raja yang bijaksana, adil, sangat bertanggung jawab terhadap rakyatnya, dan sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya, serta turun tangan langsung dalam menangani pendidikan semua anak-anaknya secara ketat dan disiplin.   Walaupun hanya dalam waktu singkat pernah mendidik Raden Mas Ontowiryo (nama Pangeran Diponegoro yang pada masa kecil) sebagai seorang yang berpengalaman maka dia melihat berbagai kelebihan pada diri Pangeran Diponegoro antara lain, teguh pada cita-citanya, cepat memahami dan menyesuaikan diri dengan tatakrama kraton serta menunjukkan simpatinya dan empatinya terhadap siapa saja yang sedang mengalami penderitaan. Sultan Hamengkubuwono I meramalkan bahwa dia kelak akan menjadi pahlawan yang kharismatik dan pemimpin yang besar.

Hasil didikan Sultan Hamengkubuwono I terbukti, dengan sikap Pangeran Diponegoro yang sangat tegas menolak bekerjasama dengan orang asing yang ingin menjajah bangsanya serta dia dengan tegas menyatakan bahwa dia ingin bangsanya tertata dalam suatu masyarakat yang adil, maka Pangeran Diponegoro mendapat gelar sebagai “Ratu Adil”.  Dan ramalan Sultan Hamengkubuwono I terbukti bahwa Pangeran Diponegoro telah menjadi pahlawan besar yang telah berjuang berdasarkan idealisme kebangsaan dan kenegaraan secara nyata. –  Akan tetapi sekarang banyak orang yang tidak memahami pengertian  tentang “Ratu Adil”, karena pengertian Ratu Adil telah dikaburkan dan hanya dijadikan komoditas propaganda politik pada tahun 1953-1955 oleh 50 partai politik di Indonesia tanpa ada bukti nyata sedikitpun, yang ada hanya perpecahan di antara partai politik dan perebutan kekuasaan. (Rumusan berbangsa dan bernegara menjadi semakin jelas, ketika berkumpul dan berdiskusi para pelajar dari berbagai suku bangsa di gedung Stovia Jakarta pada awal tahun 1920, yang selanjutnya melahirkan Sumpah Pemuda)

Pencetus Perang Jawa

Pada tanggal 20 Juni 1825, Belanda berinisiatif melakukan penyerangan lebih dahulu ke desa Tegalrejo, sebabnya karena patok-patok jalan dicabuti oleh penduduk Tegalrejo ini, Pangeran Diponegoro beserta penduduk terpaksa mundur, karena belum siap untuk berperang, karena diperangi lebih dahulu maka Pangeran Diponegoro melawan dengan  mulai membangun pertahanan di Selarong. (jelaslah, bahwa Pangeran Diponegoro bukan memberontak lebih dahulu, dan bukan agressor yang menyerang lebih dahulu, tapi dipaksa untuk berperang atau diperangi terlebih dahulu)

Mula-mula Pangeran Diponegoro berjuang sendiri di luar lingkungan kraton, karena pihak kraton memusuhinya. Ketika tiba-tiba terjadi perang yang dahsyat tentu kraton terkejut dan mempelajari tujuan perang Pangeran Diponegoro, (pihak kraton mengetahui bahwa tujuan perang Pangeran Diponegoro bukan memperebutkan harta atau tahta) akhirnya banyak pangeran yang mendukungnya, terutama para pembesar dan pegawai yang dipecat oleh Sultan Hamengkubuwono II ditambah 15 pangeran pada pemerintahan Sultan Hamengkubuwono V  serta para pangeran yang tidak didaftar atau telah dikeluarkan dari daftar silsilah kraton, maka pasukan Pangeran Diponegoro secara kualitas bertambah kuat.

Walaupun Belanda menggunakan taktik perang modern, dan Pangeran Diponegoro melaksanakan perang tradisional, tetapi Belanda selalu mengalami kesulitan untuk menghancurkan pasukan Pangeran Diponegoro, bahkan jumlah pasukan Pangeran Diponegoro selalu bertambah dari waktu ke waktu, sehingga Belada semakin keteter dan beberapa kali dilakukan gencetan senjata, terutama pada musim-musim penghujan karena pasukan arteleri Belanda tidak dapat bergerak akibat tanah berlumpur.

Pangeran Diponegoro pada setiap kesempatan selalu menyebarkan pemikiran yang bernuansa kebangsaan dan kenegaraan, beliau dikenal sebagai ratu adil, pemikirannya menarik perhatian semua orang, bahkan mendapat simpati dan dukungan besar semua rakyat, karena akan membebaskan mereka dari penjajahan.  Inilah penyebab Perang Diponegoro menjadi perang yang dahsyat, lebih dari 200.000 orang jawa yang meninggal dalam perang ini, lebih dari separuh penduduk Yogyakarta meninggal, sebagian besar mereka yang meninggal adalah para pendukung yang tidak terlibat langsung dalam pasukan Pangeran Diponegoro.

Perang ini  semakin meluas ke seluruh desa di Pulau Jawa maka perang ini  dikenal juga sebagai perang jawa, dan Pangeran Diponegoro dikenal sebagai “Pencetus perang jawa”. Kemenangan semakin berpihak pada pasukan Pangeran Diponegoro yang telah membuat keuangan pemerintah kolonial Belanda menuju kebangkrutan/kepailitan, dengan korban di pihak Belanda lebih kurang  15.000 tentara Belanda meninggal, dan termasuk 8.000 orang Eropa meninggal.

Pangeran Atas Angin

Serangan pasukan Pangeran Diponegoro terhadap mess-mess tentara Belanda selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, dan tentara khusus Belanda “Marsose” tidak pernah berhasil mengejar pasukan Pangeran Diponegoro. Ketika pasukan Pangeran Diponegoro melewati daerah berlumpur dan berpasir, maka jejak pasukannya dan jejak kudanya hilang, tetapi ketika melewati daerah berumput menjadi bertambah dan menyebar ke segala arah, semua ini membuat pasukan marsose stress berat.

Kiranya,  jejak- jejak pasukan Pangeran Diponegoro yang hilang jika melewati daerah berpasir oleh penduduk selalu menyapunya, kalau daerah berlumpur setelah disapu/diratakan lalu disiram air, dan di daerah berumput telah banyak penduduk yang telah berkumpul dan siap  dengan kuda-kuda mereka, lalu mengacaukan jejak pasukan Pangeran Diponegoro. Maka Pangeran Diponegoro mendapat gelar “Pangeran  Atas Angin”. Sebagian besar penduduk Pulau Jawa memitoskannya, bahwa Pangeran Diponegoro bukan manusia biasa tapi manusia setengah dewa, karena setiap kuda yang ditungganginya dapat berjalan di atas angin.

Mitos masyarakat jawa, bahwa  Pangeran Atas Angin dapat menyerang dengan sangat cepat dan tiba-tiba, terdengar oleh pihak Belanda, mitos ini secara langsung telah menurunkan mental dan moral tentara Belanda yang menjadi semakin ketakutan, karena walaupun telah dilaksanakan sistim benteng stelsel,  pasukan Pangeran Diponegoro dalam sehari selalu dapat menyerang beberapa tempat secara berpindah-pindah.

 

Ekstrimis Inlander  yang luar biasa

Pihak Belanda melakukan diskriminasi terhadap semua orang menjadi tiga kasta: Kasta Atas adalah orang-orang Belanda dan keturunan Belanda yang dapat melenggang dengan penuh kesombongan, Kasta Menengah adalah orang-orang selain Belanda dan selain penduduk pribumi, Kasta Bawah adalah penduduk pribumi yang disebut Inlander.  Dan setiap orang yang mencoba melawan atau memberontak terhadap Belanda disebut Ekstrimis.

Belanda menjadi tercengang dan sangat heran, mengapa penduduk desa Tegalrejo yang umumnya berpendidikan rendah (SD/SR saja banyak yang tidak tamat atau banyak yang tidak sekolah) sanggup melaksanakan melaksanakan perang sedemikian hebat terhadap Belanda, bahkan perang semakin meluas, ini semua pasti ada orang yang luar biasa yang menggerakkannya. Akhirnya Belanda mengetahui bahwa komandan perangnya adalah Pangeran Diponegoro, maka  Pangeran Diponegoro mendapat gelar Ekstrimis Inlander yang luar biasa.

Pengobar Semagat Kebangsaan

Belanda menjadi sangat heran dan mencari sebab, mengapa seorang penduduk desa tertinggal seperti desa Tegalrejo ini bisa melahirkan seorang Eksrimis yang luar biasa? Padahal di Desa Tegalrejo tidak terdapat sekolah modern atau sekolah yang bermutu, yang ada hanya sebuah pesantren tradisional atau pesantren rombeng yang kumuh, yang hanya mengajarkan agama.

Pangeran Diponegoro dari semasa kecilnya sangat tekun mempelajari agama islam dari kyai manapun dan senang berdiskusi masalah agama dengan siapapun, sehingga pemahamannya tentang agama bukan berdasarkan fanatisme kaku dan bukan berdasarkan taqlid buta dan dia selalu memiliki hujjah yang sangat kuat dalam mematahkan setiap pendapat yang keliru mengenai agama, maka tidaklah heran jika perjuangannya mendapat dukungan yang nyata dari semua kyai dan tokoh agama di pulau Jawa, hanya mobilitas bantuan terkendala oleh  jarak dan medan yang sulit. (sebenarnya lebih 108 kyai, 15 Syeikh, dan 12 penghulu yang mendukungnya, maka dapat dikatakan seluruh kyai mendukungnya)

Jiwa Pangeran Diponegoro yang dibimbing oleh agama, membuat kehidupannya lebih berorientasi pada kepentingan ukhrowi, oleh karena itu dia berani meninggalkan kemewahan hidup di lingkungan kraton, meninggalkan kenikmatan duniawi, menolak tahta yang ditawarkan kepadanya. Maka perjuangannya bukanlah bermotif keserakahan harta atau tahta. Pangeran Diponegoro sendiri menolak gelar putra mahkota dari Sultan Hamengkubuwono III dan merelakan adiknya R.M Ambyah untuk menggantikannya. Pangeran Diponegoro pernah berkata : “Rakhmanudin dan kau Akhmad, jadilah saksi saya, kalau-kalau saya lupa, ingatkan padaku, bahwa saya bertekad tak mau dijadikan putra mahkota, walaupun seterusnya akan diangkat jadi raja, seperti ayah atau nenenda.” (Pangeran Diponegoro adalah sosok pahlawan yang berani meninggalkan tahta, dan menolak untuk menjadi orang yang berkuasa; tetapi mengapa orang lain justru saling berebut untuk menjadi orang yang berkuasa?)

Sebagian orang menduga, bahwa filosofi perjuangan Pangeran Diponegoro berdasarkan semangat jihad fi sabilillah, kiranya kurang tepat dan perlu dikaji kembali, sebab :

Pertama : Pemahaman Pangeran Diponegoro mengenai agama islam, bukanlah karena pemahaman agama yang sempit dan keterlaluan, (sebagaimana yang sering dipropagandakan oleh pihak Belanda) tapi dia  memang memiliki pandangan yang sangat luas tentang agama, pemahamannya tidak fanatisme kaku dan tidak taklid buta, maka dia tidak akan sembarangan menetapkan sesuatu, didukung oleh penyataan dirinya sebagai “Ratu Adil” dan pandangan-pandangannya mengenai suatu masyarakat nusantara yang adil.

Kedua :  Para pendukung perjuangan Pangeran Diponegoro tidak hanya masyarakat islam,  tetapi juga masyarakat selain islam seperti masyarakat yang beragama Kristen, Hindu, Budha, Kongfutsu dan beragama lainnya, semuanya mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro. Hal ini akhirnya diketahui oleh pihak Belanda, maka timbuk kekhatiran di pihak Belanda, jika idealisme kebangsaan dan kenegaraan ini tersebarluas di masyarakat Nusantara,  yang akan berakibat semuanya memberontak melawan Belanda. (Contohnya : kelompok masyarakat Tionghoa di Jawa Tengah yang disebut Cina Jawa terbagi dua, ada sebagian yang mendukung Belanda karena diperlakukan lebih istimewa dari penduduk pribumi sebagai kasta menengah, dan ada sebagian yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro, baik yang beragama Kongfutsu maupun Kristen – semoga masalah rasial tidak ada lagi di Indonesia)

Pejuang  yang Jujur, Stabil dan Tangguh

Pribadi Pangeran Diponegoro terkenal sebagai seorang yang jujur, bermental stabil dan tangguh, dari kecilnya sampai akhir hayatnya tidak pernah berubah dalam suasana apapun, selalu sederhana, sopan, rendah hati, santun, peduli terhadap orang kecil, belas kasih kepada kaum miskin, cerdas sekaligus berani dan berakhlak mulia. Pribadinya sangat tanguh mempunyai tujuan dan cita-cita yang jelas, tidak terpengaruh oleh berbagai rayuan, isu, propaganda, bujukan dan propokasi apapun, sampai akhir hayat Belanda tidak pernah berhasil mengajaknya untuk berpihak kepada Belanda.

Pangeran Diponegoro sehari-hari berpakaian wulung sebagaimana layaknya masyarakat jawa, dan ketika bercampurgaul dengan masyarakat umum sulit membedakannya, walaupun tidak pernah mengaku keturunan bangsawan ketika bergaul dengan masyarakat dan petani di masa kecilnya sampai dewasa, akhirnya masyarkat luas mengetahuinya bahwa dia adalah seorang Pangeran dari kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Tapi ketika memimpin perang penampilannya berubah, dia mengenakan pakaian jubah dan bersorban, ketika memberikan komando terpancar wibawanya yang sangat kuat.

Kepribadian, sikap, penampilan, gaya bicara dan semua tingkah laku Pangeran Diponegoro selalu tetap, stabil dn tidak pernah berubah, menunjukkan bahwa dia benar-benar seorang pejuang yang konsekwen dan sangat teguh. (Pangeran Diponegoro berbeda dengan kebanyakan orang yang berubah-ubah : ketika masih miskin atau tidak dikenal sebagai ningrat, atau hanya rakyat biasa,  sikap dan tingkah lakunya rendah hati, jujur dan lugu; akan tetapi ketika sudah menjadi kaya, atau dikenal sebagai ningrat atau jadi pejabat, sikap dan tingkah lakunya sombong, angkuh, arogan  dan selalu mau menang sendiri)

Di pihak Belanda, Jenderal Markus De Kock menjadi sangat khawatir,  jika perang ini  terus berlangsung, maka tentara Belanda akan habis dalam waktu singkat, Belanda akan kalah total dan terusir dari tanah jajahannya.  Dia berusaha dengan segala daya upaya untuk memadamkan perang ini, antara lain :

a.     Mengerahkan seluruh kaki tangannya dan para begundalnya, untuk membujuk para pemuka masyarakat agar tidak melawan pemerintahan Belanda disertai menyebarkan isu yang menjelek-jelekan nama baik Pangeran Diponegoro.

b.    Membuat sayembara dan menyebarkan pengumuman ke seluruh desa bahwa : ”Barang siapa yang bisa menangkap Pangeran Diponegoro akan diberi hadiah 50.000 gulden.”

c.     Melaksanakan tipu daya licik dengan cara rekayasa perundingan. Setelah beberapa kali diadakan gencetan senjata, dan pada pertempuran terakhir, lebih dari lebih 23 000 orang tentara Belanda tidak dapat mengalahkan pasukan Pangeran Diponegoro, maka  Belanda mengumumkan kalah perang dan menawarkan perundingan. Pangeran Diponegoro yang hatinya bersih, jujur, lugu, tidak curiga terhadap tipu daya licik ini, dan ketika itu tidak ada saran dan nasehat dari golongan tua karena banyak yang sudah ditangkap oleh Belanda, maka Pangeran Diponegoro menyetujui perundingan tersebut. Dilaksanakan pertemuan dengan Kolonel Cleerens di daerah Purworejo pada tanggal 16 Februari 1830, Kolonel Cleerens mengulur waktu dengan alasan menunggu Jenderal De Kock,  tapi sebenarnya dia sedang menyusun penyerangan untuk menangkap Pangeran Diponegoro.

Pada tanggal 28 Maret 1830 Pangeran Diponegoro bertemu Jenderal Markus De Kock di Magelang, maka pada saat itu dilaksanakan penyegapan, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Gedung Museum Fatahillah di Jakarta, lalu ke Benteng Amsterdam di Manado, dan terakhir ke Benteng Rotterdam di Makassar. Sampai akhir hayatnya 8 Januari 1855 dan dimakamkan di kampung jawa di Makassar. Dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro, maka tidak ada lagi yang memimpin perang dalam skala besar tersebut. Berakhirlah perang diponegoro.

Kesimpulan

Para pahlawan nasional lainnya, banyak yang memiliki visi nasional dan idealis kebangsaan dan kernegaraan, maka perjuangannya dan semua gelarnya, kiranya  perlu kita pelajari untuk menghayati nilai-nilai perjuangan dalam menyongsong hari depan yang lebih cerah.

Penutup

Kiranya perjuangan Pangeran Diponegoro dapat dijadikan bahan renungan dan bahan introspeksi bagi kita semua, dan jika tulisan ini terdapat ketidaksempurnaan, mohon saran dan kritik untuk melengkapi dan menyempurnakannya.

Tradisi tahunan yang selalu dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia ialah  “Safari Ramadlan”  dan “Mudik Lebaran”.

Kedua tradisi ini  berkaitan dengan bulan Ramadlan. Safari Ramadlan dilaksanakan pada malam hari selama bulan Ramadlan  dan biasanya dimulai pada waktu magrib dengan acara buka puasa bersama. Adapun  Mudik Lebaran dilaksanakan pada hari-hari sebelum dan sesudah Hari Raya Idul Fitri. Dan ada sebagian masyarakat Indonesia mudik lebaran pada Hari Raya Idul Adha.

Tradisi tahunan diakhir Safari Ramadlan, yakni pada malam Hari Raya Idul Fitri adalah melaksanakan “Takbir Keliling”, dan mereka yang melaksanakan Safari Ramadlan secara perorangan, umumnya melaksanakan Takbir Keliling secara bersama-sama, serta bertambah semarak dengan keikutsertaan remaja dan kanak-kanak.

Pada masyarakat Islam di Indonesia terdapat perbedaan pendapat tentang pelaksanaan Takbir Keliling, ada yang setuju dan ada yang tidak setuju :

–  Pada kelompok masyarakat Islam yang setuju dengan  pelaksanaan takbir keliling, berargumen : “Bahwa takbir keliling merupakan sebagian dari Syiar Islam untuk menunjukkan keagungan Hari Raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan bagi orang-orang yang berpuasa.”

–  Pada kelompok  masyarakat Islam yang tidak setuju dengan pelaksanaan takbir keliling berargumen : “Bahwa pelaksanaan takbir selama satu malam pada malam Hari Raya Idul Fitri, lebih baik dilaksanakan di masjid sebagai tempat ibadah yang suci, dan juga sekaligus dapat melaksanakan ibadah lain seperti I’tikaf, sholat, zikir, membaca Al Qur’an, dan lainnya.”

Perbedaan pendapat tersebut, tidak membuat masyarakat islam di Indonesia menjadi terpecah dua, dan mereka semua tetap rukun, bahkan takbir keliling tetap dilaksanakan setiap tahun dan telah menjadi tradisi tahunan pada masyarakat Indonesia.

Pemerintah Daerah dan Pihak Kepolisian Republik Indonesia mengeluarkan larangan melaksanakan  takbir keliling, karena lebih banyak mudharatnya dari manfaatnya. Tetapi larangan pelaksanaan Takbir Keliling tidak sama atau berbeda-beda pada setiap wilayah/daerah. Pada wilayah tertentu, hanya  melarang konvoi takbir keliling melewati jalan-jalan protokol, sedangkan pada wilayah lainnya dilarang menggunakan kendaraan, tapi pada  wilayah lain lagi sama sekali dilarang melaksanakan takbir keliling walau hanya dilakukan oleh beberapa orang, apalagi dilakukan dengan bentuk pawai dalam rombongan besar.

Walaupun terdapat larangan dalam melaksanakan takbir keliling, pada berbagai wilayah di Indonesia, tetapi masyarakat banyak yang mengabaikan larangan ini, dan tetap melaksanakan Takbir Keliling.

Mereka yang melakukan Takbir Keliling umumnya dengan niat ibadah dan niat syiar Islam, bukan niat pamer, bukan niat menjaga gengsi.  Mereka yang melaksanakan Takbir keliling tidak pernah emosi dan tidak pernah marah, jika didahului oleh kendaraan lainnya. Mereka terus bertakbir selama berkeliling dijalan-jalan. Mereka melintas dijalan dengan kecepatan rendah. Kecelakaan Lalu Lintas tidak dapat dihindari, karena umumnya mereka memenuhi badan jalan dan bahu jalan sehingga menghalangi kendaraan lain yang ingin cepat karena ada suatu keperluan. Dan mereka umumnya mengabaikan rambu-rambu lalu lintas, seringkali pelanggaran lalu lintas ini, menjadi sangat merepotkan pihak kepolisian, karena jumlah mereka yang besar dan sulit diatur.

Keadaan jalanan yang relatif lebih sepi pada malam Hari Raya Idul Fitri seringkali dimanfaatkan oleh sekelompok remaja yang “bermimpi jadi pemenang pertama  pada kejuaraan balap motor tingkat dunia” dengan mengendarai motor secara ugal-ugalan dengan kecepatan tinggi, sayangnya  bukan di Sirkuit Bike Race Internasional tapi di jalan-jalan umum.   “Rally Liar” yang dilakukan oleh sekelompok remaja ini, tentunya sangat membahayakan bagi dirinya dan bagi pengguna jalan lainnya. Mereka melintas jalan-jalan dengan kecepatan sangat tinggi dengan mengabaikan semua rambu lalu lintas. Mereka hanyalah berfikir untuk memamerkan motor barunya dengan kecepatan tinggi, atau memamerkan motor lamanya yang tidak kalah dalam kecepatan tinggi. Jika didahului oleh pengendara lainnya, mereka merasa gengsinya dijatuhkan, dan mereka menjadi emosi dan marah sehingga memacu motornya dengan kecepatan yang lebih tinggi untuk mendahuluinya lagi, akhirnya terjadilah kebut-kebutan. Tanpa berfikir akan keselamatan siapapun.

Jelaslah, bahwa Takbir Keliling tidak bisa disamakan dengan Rally liar, untuk mengantisipasi pelanggaran lalu lintas pada Takbir keliling, tentu perlu pengaturan dan penjelasan atau sosialisasi dari jauh hari sebelumnya. Siapapun harus bersikap melarang para remaja untuk melakukan  rally liar, dan semua pihak haruslah berusaha untuk mencegah terjadinya rally liar.  Kiranya tidak tepat jika kita semua bersikap pasif dengan berharap, bahwa nanti remaja akan sadar sendiri dan tidak melakukan rally liar, apalagi jika para remaja yang melakukan rally liar dalam keadaan mabuk, dibawah pengaruh obat, atau dibawah pengaruh narkoba. Maka sikap tidak peduli, tidak ambil pusing atau sikap emang gue pikirin, akan berakibat bertambahnya kelompok remaja yang melakukan rally liar, yang mungkin membahayakan kita semua dan akan menyusahkan kita semua.

Apa dan bagaimana Safari Ramadlan? Pembahasan berikut akan menjelaskan : (a) Pengertian Safari Ramadlan, (b) Pelaksanaan Safari Ramadlan, (c) Tujuan Safari Ramadlah, (d) Tolok Ukur Keberhasilan Safari Ramadlan (e) Pedoman Pelaksanaan Safari Ramadlan.

Safari Ramadlan hanya terdapat di Indonesia dan tidak terdapat di negara lain, dan pada jaman penjajahan Belanda dan jaman penjajahan Jepang dilarang keras, dulunya bernama  “acara silaturrahmi di bulan Ramadlan” dan Safari RAmadlan pertama kali dilaksanakan pada tahun 1946 lalu semakin berkembang  pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, dengan Menteri Penerangan Harmoko yang  selalu mempublikasikannya melalui semua media massa sampai tahun 1998, sehingga Safari Ramadlan menjadi sangat popular pada masyarakat Indonesia.

A. PENGERTIAN  SAFARI  RAMADLAN

Pengertian Safari Ramadlan menurut bahasa, merupakan gabungan dari dua buah kata serapan dari bahasa Arab, yakni  :

–      Kata Safari berasal dari kata (سفر – يسفر atau   سافر – يسافر ) yang berarti perjalanan;   dan

–     Kata Ramadlan berasal dari kata ( رمضان ) yang berarti bulan ramadlan, yakni bulan yang penuh rahmat, penuh ampunan, bulan yang paling tepat untuk  berlomba-berlomba mencari pahala sebanyak-banyaknya dengan berbuat kebaikan, antara lain dengan melaksanakan  berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan.

Pengertian Safari Ramadlan :

Pengertian Safari Ramadlan menurut bahasa ialah : “Perjalanan di bulan ramadlan”.

Pengertian Safari Ramadlan menurut istilah ialah : “Melaksanakan berbagai ibadah pada malam hari selama  bulan Ramadlan secara berpindah-pindah tempat, dari satu masjid ke masjid lainnya”.

Pada masyarakat islam di Indonesia terdapat perbedaan pendapat tentang pelaksanaan Safari Ramadlan, ada yang setuju dan ada yang tidak setuju, sebagai berikut :

–  Pada kelompok masyarakat islam yang setuju dengan pelaksanaan Safari Ramadlan, berargumen : “Bahwa Nabi dan para sahabat membahas masalah kepentingan umat umumnya dilaksanakan di halaman di masjid.”

–  Pada kelompok  masyarakat islam yang tidak setiju (walaupun jumlah mereka sedikit) berargumen : “Bahwa masjid adalah tempat ibadah dan jangan membicarakan masalah-masalah duniawi di masjid”.

Perbedaan pendapat tersebut, tidak membuat masyarakat islam di Indonesia menjadi terpecah dua, dan mereka semua tetap rukun bahkan Safari Ramadlan tetap dilaksanakan setiap tahun dan telah menjadi tradisi tahunan pada masyarakat Indonesia.

Pada sebagian orang terdapat pertanyaan : Mengapa pelaksanaan ibadah berpindah-pindah tempat, yakni dari satu masjid ke masjid lainnya? Apakah diperbolehkan menurut agama? Jawabannya : Ibadah dapat dilakukan di masjid mana saja.1)

B. PELAKSANA SAFARI RAMADLAN

Pelaksanaan Safari Ramadlan secara umum terbagi dua, yakni : secara perorangan dan secara kelembagaan.

1.         Pelaksanaan Safari Ramadlan secara perorangan, terdiri dari :

a.         Para Mubaligh, para Kiai, atau para Ustad melaksanakan Safari Ramadlan, karena mereka harus memberikan ceramah agama setiap malam Ramadlan secara berpindah-pindah tempat, dari satu masjid ke masjid lainnya. Tujuannya ialah  memberikan tuntunan agama agar semua umat islam melaksanakan agama secara benar sesuai contoh dari nabi yang suci, serta terhindar dari kesalahan dalam pemahaman dan peribadatan ritual.

b.         Para orang kaya atau siapa saja yang sedang memiliki kelebihan harta, malaksanakan Safari Ramadlan dengan melakukan perjalanan umroh ke Mekah, Madinah dan Palestina dengan tujuan untuk melaksanakan ibadah di Masjid al Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Al Aqsho serta mengharapkan dapat  menemukan “Malam Lailatul Qodar” pada salah satu tempat suci tersebut.

c.         Para remaja atau mereka masih berusia muda, (umumnya orang-orang yang berusia lanjut atau usianya di atas lima puluh tahun beribadah menetap pada satu masjid). Mereka melaksanakan Safari Ramadlan baik secara sendiri-sendiri atau secara rombongan di berbagai masjid yang mereka dikehendaki secara berpindah-pindah dari satu masjid ke masjid lainnya, dengan tujuan :

1).        الاتباع في العبادة = Mengetahui dan mengikuti pelaksanaan peribadatan di berbagai masjid tersebut, karena pada setiap  masjid walaupun tatacara semua ibadah yang wajib sama, tetapi peribadatan yang sunah berbeda-beda termasuk amalan dan witirnya juga berbeda-beda. Semua perbedaan dalam peribadatan sunah ini bukan menunjukkan perbedaan agama, tapi menunjukkan kelengkapan dan kekayaan tatacara beribadah dengan tuntunannya yang jelas.

2).        الرحلة للطاعة = Melakukan perjalanan ibadah, yakni melakukan perjalanan untuk ketaatan kepada Allah SWT. walaupun dengan berkendaraan atau berjalan kaki, karena semakin jauh tempat yang dituju maka semakin besar pahala yang akan didapat.

3).        طلب العلم = Menuntut ilmu, dengan mendengarkan ceramah agama yang biasanya dilaksanakan sebelum atau antara  sholat tarawih dan witir, atau setelah selesai sholat sunah semuanya. Jelas saja bahwa pahala menuntut ilmu di bulan Ramadlan pahalanya lebih besar 70kali lipat dari selain bulan Ramadlan.

4).        تغيير الحال في العبادة = Merubah suasana dalam beribadah, dengan beribadah di masjid atau musholah yang baru,( maksudnya bukan masjid/musholah yang sama) untuk menjaga agar tetap khusyu’ dalam beribadah dan terhindar  kebosanan dan kejenuhan.

5).        التعرف مع الاخوة = Menemukan teman-teman baru, sehingga terjadi perkenalan antar jamaah, bagi jamaah masjid yang lama tentu kedatangan jamaah baru dengan wajah-wajah baru akan menarik perhatian, maka terbuka kesempatan untuk saling berkenalan, dan dari perkenalan ini banyak yang berlanjut ke jenjang pernikahan. (menemukan jodoh di tempat ibadah tentu akan lebih mengarah pada pembinaan keluarga sakinah dari pada di tempat maksiat).

2.         Pelaksanaan Safari Ramadlan secara kelembagaan, terdiri dari :

a.         Pihak pemerintah, yakni berbagai kementerian/departemen/dinas instansi pemerintahan melaksanakan Safari Ramadlan. Kegiatan Safari Ramadlan  telah menjadi program tahunan pada semua departemen, kementerian atau berbagai dinas instansi pemerintahan.

b.         Pihak Swasta, yakni berbagai perusahaan melaksanakan Safari Ramadlan, terdapat kecenderungan jumlah perusahaan swasta yang melaksanakannya semakin meningkat.

C. TUJUAN SAFARI RAMADLAN

Tujuan pelaksanaan Safari Ramadlan secara perorangan sudah jelas (seperti tersebut di atas).  Adapun tujuan umum dari pelaksanaan Safari Ramadlan secara kelembagaan, disamping untuk melaksanakan peribadatan, ialah :

1.       Menyampaikan dan mensosialisasikan berbagai informasi dan program kelembagaan perlu diketahui oleh masyarakat umum, secara lebih spesifik, khususnya kepada masyarakat yang sedang berkumpul.

2.       Meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat umum dalam upaya meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara serta ikut membantu  mencerdaskan kehidupan bangsa secara umum, khususnya kepada masyarakat yang sedang berkumpul.

3.       Menemukan berbagai informasi dari masyarakat secara nyata, berupa berbagai masukan, hambatan, dan kesulitan yang sedang dialami oleh masyarakat yang ada.

4.       Mencarikan jalan keluar atau solusi dari berbagai kesulitan yang sedang dialami masyarakat yang ada, terutama kesulitan yang berhubungan dengan kelembagaan, secara berhasil guna serta aksi dan hasilnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat yang ada. (hal ini, membuat mereka yang tidak hadir merasa penasaran dan atau merasa rugi)

5.      Memberikan nilai tambah kepada masyarakat, dengan mencontohkan berupa kegiatan kelembagaan sehingga terjadi peningkatan kepedulian terhadap sesama dan solidaritas sosial pada masyarakat yang ada. (hal ini, membuat mereka yang tidak hadir merasa penasaran dan atau merasa rugi)

6.       Menciptakan suasana  “Sharing Kemajuan” atau tukar informasi dan tukar pikiran ke  arah kemajuan yang sesuai dengan situasi dan kondisi dari lingkungan masyarakat yang ada, yang akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lahir dan batin. (hal ini, membuat masyarakat menjadi penasaran karena ingin tahu kemajuan apa yang akan dicapai dilingkungannya dalam waktu dekat)

D. TOLOK UKUR KEBERHASILAN  SAFARI  RAMADLAN

Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan Safari Ramadlan secara perorangan sudah jelas, Adapun Tolok Ukur keberhasilan Safari Ramadlan secara kelembagaan, ialah :

1.       Terjadi peningkatan silahturahmi dan kerjasama dengan para ulama, para tokoh agama dan para pemuka masyarakat, serta mereka mendorong adanya dukungan dan partisipasi dari masyarakat terhadap program kelembagaan.

2.       Menghasilkan suatu solusi bagi kesulitan yang dialami masyarakat, atau berupa suatu program peningkatan pelayanan kepada masyarakat, atau rencana pemberdayaan masyarakat  sesuai dengan situasi dan kondisinya.

3.       Terjadi sinkronisasi antara rencana, program, sasaran dan target kelembagaan dengan solusi, dukungan dan partisipasi dari masyarakat.

4.       Terjadi peningkatkan sinerji dan koordinasi, baik inter kelembagaan maupun antar kelembagaan terkait, sehingga meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menjadi lebih baik dan lebih optimal.

5.       Terjadi perubahan pada perkembangan angka statistik, yakni : Angka perkembangan ekonomi masyarakat mengalami peningkatan, sedangkan angka statistik gangguan sosial, tindak kejahatan dan pelanggaran hukum mengalami penurunan.

E.        PEDOMAN PELAKSANAAN  SAFARI  RAMADLAN

Pedoman pelaksanaan Safari Ramadlan secara perorangan sudah jelas dan  tentunya disesuaikan dengan niat masing-masing.  Adapun Pedoman pelaksanaan Safari Ramadlan secara kelembagaan ialah :

1.         Menentukan informasi yang akan disampaikan.

Penjabaran lengkap mengenai informasi yang akan disampaikan dari setiap kelembagaan tentu berbeda, maka para pakar masing-masing bidang tentu lebih mengetahui secara pasti, informasi apa dan untuk siapa.

Jadi pada setiap kelembagaan, tidak mungkin tidak ada sesuatu informasi yang tidak perlu disampaikan kepada masyarakat umum. Tentu setiap kelembagaan berbeda isi dan temanya.  Selanjutnya, ditentukan keterpaduan dengan berbagai kelembagaan dan penyesuaian mengenai isi materi yang akan disampaikan, dengan tingkat kamampuan daya tangkap/penerimaan masyarakat yang hadir.  Kalau mudah dimengerti oleh hadirin semuanya, tandanya tidak ada (tidak banyak)  hadirin yang terbengong-bengong.

2.       Bersifat Tidak Formal.

Menghadapi masyarakat umum apalagi di masjid, tentu tidak perlu secara  formal, tidak terlalu protokoler, dan harus diusahakan agar suasananya tidak kaku, dan tercipta suasana santai dan dengan tetap menjaga kehormatan, kebersihan dan kesucian. Dengan selalu memperhatikan hal tersebut, maka komunikasi dua arah akan lebih lancar. Siapapun harus dapat membedakan sikap, sehingga tidak bersikap seperti  kegiatan inspeksi mendadak yang formal dan kaku. Walaupun permasalahan dan orang-orang yang dihadapi hampir sama.

3.       Menentukan tempat pelaksanaan Safari Ramadlan

Pelaksanaan Ramadlan umumnya di masjid-masjid, walau sebenarnya dapat dilaksanakan dimana saja, baik di aula, di ruang terbuka, di stadion dan dimana saja. Prioritas penentuan tempat Safari, selama ini bertempat di masjid karena dianggap lebih praktis dan terdapat hadirin atau jamaah yang sedang berkumpul. Yang terpenting, bukanlah hadirin/masyarakat yang terbanyak dalam jumlahnya, tetapi yang terbanyak mengalami kesulitan mengenai urusan-urusan kelembagaan.

Kegiatan Safari Ramadlan dimanapun tempatnya dengan mendatangi mereka yang paling banyak mengalami kesulitan untuk mengatasi kesulitan mereka, sebagai kelembagaan tentu memiliki fasilitas serta keterkaitan inter dan antar kelembagaan untuk mengatasi kesulitan mereka yang mereka sendiri tidak mampu untuk mengatasinya.

4.       Tidak campur aduk antara urusan ibadah dengan urusan lainnya.

Penjelasan mengenai agama, ibadah dan sejenis tersendiri dan  penjelasan informasi kelembagaan tersendiri, walau pada waktu dan tempat yang bersamaan. Penjelasan mengenai agama dan ibadah hendaklah disampaikan oleh ahlinya. Penjelasan mengenai informasi kelembagaan janganlah disampaikan oleh “Mubaligh karbitan” yang hanya belajar tabligh agama baru tiga bulan, lalu mencampur adukkan semuanya.

5.         Kesederhanaan acara dan penampilan para pelaksana.

Kesederhanaan pelaksanaan Safari Ramadlan tercermin dalam :

a.         Rombongan yang melaksanakan Safari Ramadlan sebaiknya berpakaian seperti layaknya masyarakat umum, janganlah berpakaian mewah dan mahal seperti mirip sejenis konser yang kontras dan menarik perhatian. (istilah umum: ”Jangan mencolok mata”)

b.         Jika diadakan semacam hidangan, makanan atau minuman hendaklah sederhana mungkin dan semua hadirin kebagian rata, serta menghindari pemborosan atau biaya yang besar. (mungkin biaya yang besar akan lebih bermanfaat bagi kepentingan yang lain, seperti untuk santunan fakir miskin)

c.         Susunan acara hendaklah dibuat sesedikit dan sesederhana mungkin, jika terlalu banyak acara maka masyarakat akan bosan, dan sebagian besar dari mereka akan pulang/meninggalkan tempat.

d.         Jika pelaksanaan Safari Ramadlan sebagai acara pokok dikombinasikan atau diselipkan dengan acara musik dan hiburan lainnya, hendaklah seluruh acara tetap sederhana, upayakan isi dari Safari Ramadlan supaya lebih terkesan bagi masyarakat banyak.

e.         Jika seni dan kebudayaan daerah diintegrasi dalam acara Safari Ramadlan, hendaklah hanya bersifat pengenalan sepintas atau hanyalah pementasan yang bersifat sederhana.   (Upaya integrasi ini dapat dijadikan sebagai langkah awal bagi pengembangan selanjutnya dalam rangka mendukung pembangunan pariwisata daerah)

f.         Acara tambahan, setelah mendapatkan masukan dari pertemuan atau dialog, tetapi hanyalah untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya, permasalahan sebenarnya dilapangan. Dan acara tambahan dapat pula berbentuk santunan kepada yatim piatu, bantuan kepada korban bencana alam dan lain-lain.

6.         Mengganti ”Sikap Bersilat Lidah” dengan ”Penggunaan Teknologi Informasi”.

Dalam rangka mencari solusi dan untuk menciptakan suatu kegiatan terpadu dengan menyatukan berbagai unsur terkait. Maka buanglah sikap menjaga gensi dan nama baik dengan sikap  bersilat lidah; akan tetapi gunakanlah teknologi informasi dengan melaksanakan pembicaraan jarak jauh melalui telepon dan gambar yang disambungkan lewat internet, dengan kelembagaan-kelembagaan terkait.

Maka pembicaraan yang tuntas dengan masyarakat yang hadir dan disertai komunikasi langsung dengan berbagai kelembagaan terpadu, lalu ditemukannya suatu solusi yang tepat, cepat dan bermanfaat; tentu akan menggembirakan semua pihak.

7.         Melaksanakan Publikasi seperlunya.

Apakah perlu dipublikasikan setiap pelaksanaan Safari Ramadlan, terlebih dahulu perlu dipertimbangkan. Karena setiap kelembagaan berbeda, ada yang perlu dipublikasikan keseluruhan, ada yang perlu dipublikasikan sebagian, tapi  ada yang tidak perlu dipublikasikan sama sekali. (Jika Rombongan Kapolri melaksanakan Safari Ramadlan ke masjid yang mayoritas jamaahnya/hadirinnya berpangkat brigadier polisi yang banyak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan tugas di masyarakat – tentu semua kegiatan Safari ini tidak perlu dipublikasikan sama sekali)

F.         PENUTUP

1.         Kesimpulan

a.         Tradisi tahunan Safari Ramadlan kiranya perlu dikaji ulang oleh siapa saja sebagai upaya “Berbenah diri untuk menyongsong hari depan yang lebih cerah” yang dampak akhirnya akan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

b.         Sebelum pelaksanaan Safari Ramadlan, perlu kiranya koordinasi inter dan antar berbagai kelembagaan, untuk memper mudah dalam pencapaian tujuan dari Safari Ramadlan.

2.         Saran

Kegiatan yang sejenis dengan Safari Ramadlan dapat pula dilaksanakan kapan saja, dengan ciri khasnya yang tidak bersifat formal.

3.         Penutup

Tulisan ini hanya sekedar sumbang saran, walaupun bernuansa agama Islam, tetapi kiranya akan dapat pula dilaksanakan pada berbagai tempat ibadah dari agama lain (maksudnya mungkin dapat pula  diadopsi oleh umat agama lain) dengan pelaksanaannya yang berbeda, sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.

___________

1).   Masjid disebut juga rumah tuhan, maksudnya tempat untuk beribadat kepada tuhan dan semua masjid didirikan atas dasar yang sama, yakni didirikan atas dasar Taqwa kepada Allah SWT.

Masjid bukan milik perorangan, bukan milik satu golongan tertentu, bukan milik satu kelompok masyarakat, bukan milik satu suku, dan bukan milik satu negara. (masjid didirikan oleh orang-orang yang ikhlas)

Masjid tidak ada Hierarki, tidak ada masjid pusat dan tidak ada masjid cabang, dan musholah bukanlah cabang atau bawahan dari masjid.

Perbedaan pahala beribadah di Masjid al Haram adalah berdasarkan hadis yang shahih, tidak menunjukkan (tidak ada keterangan) bahwa Masjid al Haram membawahi masjid-masjid yang lain.

Dan juga, Tidak ada keterangan bahwa beribadah pada masjid lain, pahalanya sama dengan beribadah di Masjid Al Haram, kita sebagai manusia tidak boleh  mencampuri urusan pemberian pahala, karena yang berhak hanyalah  “Yang Maha Pencipta Alam Semesta”

Seluruh rakyat dan bangsa Indonesia pada peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2010 agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tidak seramai tahun-tahun sebelumnya yang diselenggarakan dengan berbagai acara pertandingan, yang ramai-ramai, pada peringatan kemerdekaan ke-65 ini perayaan peringatan kemerdekaan oleh rakyat Indonesia lebih sepi karena tanggal 17 Agustus 2010  Masehi bertepatan tanggal 7 Ramadhan 1431 Hijriah.

Mayoritas rakyat Indonesia beragama Islam mereka sedang melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, yakni di bulan yang mulia, bulan yang agung.  Bulan Ramadhan adalah bulan yang haram untuk bermusuhan, haram untuk berperang, haram untuk menyinggung perasaan siapa saja dan haram untuk menyakiti siapa saja. Pada bulan ini terdapat waktu-waktu yang mustajab,  untuk memperingati kemerdekaan Republik Indonesia marilah kita bersama-sama berdoa :

ALLOHUMMA, YA ALLAH KAMI SEBAGAI HAMBAMU HANYA BERSIMPUH DAN BERSUJUD KEHADIRATMU, ENGKAULAH MAHA PENCIPTA YANG TELAH MELIMPAHKAN BANYAK ANUGERAH DAN KENIKMATAN  TIADA TERHINGGA, MAKA DENGAN KERENDAHAN HATI KAMI HANYA BERDOA DAN MEMOHON PERTOLONGAN  KEPADAMU.

ALLOHUMMA, YA ALLAH HANYA DENGAN RAHMATMU DAN DENGAN MELALUI PERJUANGAN PARA PAHLAWAN YANG TELAH MENGORBANKAN JIWA, RAGA, HARTA BENDA, DARAH DAN AIR MATA YANG TIADA TERHITUNG, ENGKAU MENGANUGERAHI KEMERDEKAAN KEPADA BANGSA INDONESIA, DENGAN PENGAKUAN INTERNASIONAL PADA TANGGAL 17 AGUSTUS TAHUN 1945.

ALLOHUMMA, YA ALLAH TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BERAT YANG HARUS KAMI PIKUL DIPUNDAK KAMI DENGAN KEMERDEKAAN INI IALAH MENJAGA KEUTUHAN BANGSA DAN NEGARA INI DAN MENGISI KEMERDEKAAN INI DENGAN MELAKSANAKAN PEMBANGUNAN DAN PEMULIHAN PEREKONOMIAN NASIONAL, YANG SAAT INI HARGA SEMUA BARANG MERANGKAK NAIK, DAN SEMUA KEBUTUHAN POKOK SEHARI-HARI SEMAKIN MAHAL.

ALLOHUMMA, YA ALLAH BERIKANLAH KEKUATAN KEPADA KAMI AGAR KAMI DAPAT MENUNAIKAN AMANAH KEMERDEKAAN INI DENGAN JUJUR DAN IKHLAS DAN BERIKANLAH KEKUATAN KEPADA KAMI AGAR KAMI DAPAT MENGHAYATI DAN MENELADANI SEMANGAT PERJUANGAN PARA PAHLAWAN. TUNJUKILAH KEPADA KAMI BAHWA YANG BENAR ADALAH BENAR DAN BERILAH KEKUATAN KEPADA KAMI UNTUK DAPAT MENGIKUTINYA, DAN TUNJUKILAH KEPADA KAMI BAHWA YANG SALAH ADALAH SALAH DAN BERILAH KEKUATAN KEPADA KAMI UNTUK DAPAT MENGHINDARINYA.

ALLOHUMMA, YA ALLAH LIMPAHKAN SELALU KASIH SAYANGMU DAN JAUHILAH KAMI DARI MURKAMU, HINDARILAH KAMI DARI SEMUA FITNAH YANG DAPAT MEMECAHBELAH  PERSATUAN, KESATUAN DAN KEUTUHAN BANGSA DAN NEGARA KAMI. LINDUNGILAH RAKYAT DAN BANGSA KAMI DARI BERBAGAI BENCANA ALAM, MARABAHAYA DAN MUSIBAH.

ALLOHUMA, YA ALLAH AMPUNILAH SEGALA DOSA DAN KESALAHAN KAMI, DAN AMPUNILAH DOSA DAN KESALAHAN ORANG-ORANG TUA KAMI DAN PARA PAHLAWAN DAN PARA PEJUANG, BERIKANLAH KEPADA MEREKA TEMPAT YANG LAYAK DI SISIMU SEMUAI DENGAN KODRAT DAN IRODATMU.

ALLOHUMA, YA ALLAH KAMI MEMOHON KETEGUHAN IMAN DAN TAQWA, JADIKANLAH KAMI ORANG-ORANG YANG PANDAI BERSYUKUR ATAS SEGALA NIKMATMU, BERIKANLAH  KEBERKAHAN ATAS RIZKI DAN KEHIDUPAN KAMI DAN JADIKANLAH BANGSA DAN NEGARA KAMI PADA MASA MENDATANG MENJADI SEMAKIN MAJU DAN SEJAHTERA . . . . . . . AMIN.

Kita mengenal “Komunikasi” yang bersifat multidisipliner yang sangat luas, yang menyangkut berbagai aspek kehidupan dengan berbagai pendekatan ilmiah dari berbagai sudut pandang keilmuan. Jadi tidak mengherankan, jika pada hampir semua cabang ilmu pengetahuan terdapat penggunaan istilah komunikasi.

Pembahasan mengenai komunikasi berikut ini, tentang komunikasi dalam pelaksanaan pekerjaan dan dampaknya jika komunikasi tidak terjalin dengan lancar atau jika terjadi miskomunikasi.

Batasan ‘komunikasi pelaksanaan pekerjaan’,  ialah : “Interaksi antar manusia, meliputi proses hubungan yang dinamis antara atasan dan bawahan sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing, berupa pertukaran informasi sesuai jenis pekerjaan masing-masing, selama berlangsungnya pelaksanaan suatu pekerjaan, dengan tujuan efektifitas, efisiensi dan keselamatan.”

Pada praktik komunikasi pelaksanaan pekerjaan oleh siapapun, terbagi dua :

1.         Komunikasi yang terjalin antara atasan dan bawahan berjalan dengan lancar, sehingga akan mencapai tujuannya, jika :

1.1.         Antara atasan dan bawahan dalam jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, terjadi saling memahami selama proses pertukaran informasi tersebut.

1.2.         Sifat informasi yang disampaikan oleh bawahan pelaksana kepada atasan, berupa semua perkembangan dan kejadian apapun selama melaksanakan pekerjaannya.

1.3.         Sifat informasi yang disampaikan oleh atasan kepada bawahan pelaksana, berupa petunjuk yang lengkap, terinci, jelas dan mudah difahami oleh bawahan pelaksana dan juga disertai perintah yang jelas.

1.4.         Dinamika pertukaran informasi sesuai dengan dinamika perkembangan pekerjaan yang sedang dilaksanakan, terutama yang bersifat mobilitas seperti kendaraan, jika kecepatan rendah maka ‘ukuran pertukaran informasi per-tiga  detik’ mungkin cukup memadai, tetapi jika pada kecepatan tinggi ukurannya harus ’per-setengah detik’ ukuran ini bersifat relatif karena disesuaikan dengan medan dan sifat dari pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

1.5.         Adanya aktifitas dari semua orang yang terlibat dengan pelaksanaan pekerjaan untuk menyampaikan informasi secara reaktif dan terus menerus selama pelaksanaan pekerjaan.

1.6.          Adanya kebersamaan momentum waktu dalam penyampaian informasi dari semua bawahan pelaksana kepada atasan dan dari atasan kepada semua bawahan pelaksana serta tidak ada yang menunda waktu untuk penyampaian informasi.

1.7.        Adanya sikap peduli dan partisipasi dari semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing,  sehingga proses akselerasi pelaksanaan pekerjaan semuanya berjalan secara serempak atau bersamaan waktunya.

1.8.         Dinamika proses pertukaran informasi selama berlangsungnya pekerjaan tidak terhenti walau sesaat, dan selalu berjalan dengan lengkap, tepat, dan akurat

2.         Komunikasi yang terjalin antara atasan dan bawahan tidak berjalan lancar atau terjadi miskomunikasi, sehingga tidak akan mencapai tujuannya, jika :

2.1.         Antara atasan dan bawahan tidak saling memahami selama proses pertukaran informasi tersebut, mungkin karena beda bahasa, beda pola pikir, beda intelegensia dan lain-lain.

2.2.         Bawahan pelaksana, tidak menyampaikann informasi, tidak memberitahukan atasannya tentang perkembangan dan kejadian saat ini (atau detik ini) selama melaksanakan pekerjaannya, mungkin karena dianggap tidak berarti dan hanyalah kerjadian yang kecil sekali sehingga merasa tidak perlu untuk disampaikan.

2.3.         Atasan tidak menyampaikan informasi cukup, sehingga petunjuknya tidak lengkap, tidak terinci, tidak jelas dan sulit difahami oleh bawahan pelaksana,  dan juga disertai perintah yang tidak jelas, sehingga bawahan pelaksana bingung harus mengerjakan apa.

2.4.         Dinamika pertukaran informasi tidak sesuai dengan dinamika perkembangan pekerjaan yang sedang dilaksanakan, sehingga terjadi keterlambatan dalam proses pertukaran informasi yang dibutuhkan.

2.5.         Terhentinya aktifitas dan partisipasi dari beberapa orang atau semua orang yang terlibat dengan pelaksanaan pekerjaan, sehingga mereka tidak menyampaikan informasi dan bersikap pasif.

2.6.          Tidak adanya kebersamaan waktu dalam penyampaian informasi dari tiap bagian kepada atasan, sehingga atasan tidak dapat dengan segera untuk mengubah kebijaksanaan dalam proses pelaksanaan pekerjaan, karena kurangnya informasi yang dibutuhkan.

2.7.         Adanya sikap tidak peduli dan tidak berpartisipasi dari sebagian atau semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan,  sehingga proses akselerasi pelaksanaan pekerjaan tidak serempak atau tidak  bersamaan waktunya.

2.8.         Dinamika proses pertukaran informasi selama berlangsungnya pekerjaan terhambat atau terhenti walau sesaat, dan berjalan dengan tidak lengkap, kurang tepat, dan kurang akurat.

Kapal Titanic

Terjalinnya komunikasi oleh semua pelaksana pekerjaan, harus  selalu berlangsung dan tidak boleh berhenti dan tidak boleh terjadi miskomunikasi baik di daratan, dilautan maupun di udara. Dan  haruslah disadari oleh semua orang, bahwa terjalinnya komunikasi ini tidak boleh terganggu oleh sinyal apapun.

Miskomunikasi adalah salah satu sumber bencana, contoh kasus : Tragedi yang menimpa  kapal laut terbesar dan termewah yakni kapal “Titanic”

Kapal Titanic dengan panjang 269 meter (882 kaki 9 inci) dan 28 meter (92 kaki 6 inci) lebar, berat mati 46.328 ton, dan ketinggian dari permukaan air ke geladak setinggi 18 meter (60 kaki). Kapal Titanic mampu membawa 3.547 penumpang dan awak kapal dan  memulai pelayaran pertamanya dari Southampton, Inggris, dalam perjalanan ke New York City, New York, pada Rabu, 10 April 1912, saat itu suhu menurun sampai tahap hampir beku dan laut tenang, bulan tidak keluar dan langit cerah. Kapal ini di bawah kendali Kapten Kapal : Edward J. Smith.

bongkahan gunung es

Kapten Smith, mendapat  peringatan adanya bongkahan gunung es melalui komunikasi nirkabel semenjak beberapa hari lalu, maka dia telah mengubah haluan Titanic lebih jauh ke arah selatan.

Kapal Titanic Mulai Tenggelam

Tiba-tiba dunia dikejutkan saat tersebar berita, bahwa kapal Titanic yang dilengkapi dengan teknologi yang maju telah tenggelam dengan jumlah korban tewas yang begitu tinggi. Dari sejumlah 2.223 orang penumpang, hanya 706 orang penumpang yang selamat; 1.517 orang penumpang tewas. Kebanyakan penumpang tewas disebabkan karena korban terkena hypothermia dalam air 28 °F (−2 °C).

Saat-saat Kapal Titanic Tenggelam

Hanya dua dari 18 perahu skoci penyelamat yang kembali untuk menyelamatkan korban dari dalam air selepas kapal tenggelam.

Penyebab tenggelamnya kapal Titanic, karena kapal membentur bongkahan gunung es pada  haluan depan kanan kapal, sampai lambung kanan kapal setelah kapal berusaha berbelok ke arah kiri.

Hasil investigasi terakhir, menemukan penyebab terjadinya bencana tersebut, ialah telah  terjadi miskomunikasi selama pelaksanaan pekerjaan, sebagai berikut :

1.         Petugas operator radio komunikasi (Jack Phillips dan Harold Bride) pada kapal Titanic, menangkap sinyal yang tidak jelas, dia telah mencoba untuk mencari gelombang dan memperjelas sinyal tersebut, tapi ternyata sinyal semakin tidak jelas. Hal ini membuat dia stress, dan dia tidak tahu bahwa kapal pada saat itu sedang melaju dengan sangat cepat. Maka dia telah melakukan kesalahan, sebagai berikut :

a.       Dia tidak menyampaikan informasi pada detik itu juga kepada kapten kapal, mengenai tertangkapnya sinyal yang tidak jelas.

b.       Dia merasa seperti di daratan karena dia memang saat itu berada dalam ruangan tertutup di dalam kapal Titanic, Padahal saat itu dia sedang berada di lautan lepas, yang tidak mungkin ada sinyal yang tidak jelas dengan peralatan yang ada.

c.        Menurut pengalamannya jika menangkap sinyal yang tidak jelas, adalah perbuatan dari orang-orang iseng yang hanya mengganggu. Dia merasa tersinggung dan emosi, karena merasa tugasnya diganggu, maka dia menjawab sinyal yang masuk tersebut dengan nada tinggi dan marah-marah.

2.         Petugas penjaga menara kapal, merasakan perubahan udara menjadi sangat dingin dalam waktu singkat, dan tiba-tiba terlihat di depan kapal banyak gumpalan kabut, tentu saja hal ini akan membatasi jarak pandangnya. Setelah kapal menerobos kabut, tiba-tiba dia melihat gunung es di depan kapal. Dan dia tidak tahu bahwa kapal pada saat itu sedang melaju dengan sangat cepat. Maka dia telah melakukan kesalahan sebagai berikut :

a.       Dia tidak menyampaikan infomasi pada detik itu juga kepada kapten kapal, mengenai terjadi suhu udara yang berubah dengan cepat menjadi sangat dingin di luar kapal. Dia hanya sibuk mengenakan pakaian lebih tebal untuk mengatasi rasa dingin dan agar tidak beku.

b.       Dia tidak menyampaikan informasi pada detik itu juga kepada kapten kapal, mengenai terdapat banyak gumpalan kabut di depan kapal. Dia hanya berusaha menggunakan teropong yang ada secara maksimal tetapi gagal dan kegagalan inipun tidak dilaporkan kepada kapten kapal.

c.        Dia menyampaikan informasi kepada kapten kapten kapal yang terlambat beberapa menit, mengenai terlihatnya bongkahan gunung es diantara gumpalan kabut. Karena dia ragu-ragu dan semula tidak percaya, mengapa tiba-tiba muncul gunung es di depan kapal. Padalah dalam kecepatan tinggi, terlambat beberapa menit pasti membahayakan pelayaran.

d.       Dia terlambat menyadari bahwa kapal yang demikian besar sedang melaju dengan kecepatan tinggi, maka dalam keadaan stress berat hanya bisa berteriak berkali-kali :”Kapal kita akan menabrak gunung es”.  Tentu saja teriakan ini membuat kepanikan, pada siapa yang mendengarnya, akhirnya menjadi kepanikan umum serta kekacauan dan hiruk pikuk pada sebagian besar penumpang.

3.         Kapten kapal, selaku penguasa tertinggi yang merasa sangat percaya diri, karena kapal Titanic yang dipimpinnya adalah kapal terbesar yang dilapisi oleh plat baja yang tebal dan sedang melaju di lautan lepas.  Kalau  gelombang sertinggi lima belas meter saja tidak terasa apa-apa, maka dia merasa tidak akan terjadi apa-apa. Dia bergabung dengan para bangsawan dan hartawan yang sedang menghormatinya, dalam acara pesta-pora, bersenang-senang. Tiba-tiba dia mendapat laporan dari penjaga menara kapal bahwa di depan kapal ada gunung es, tentu saja hal ini membuat dia sangat kaget dan stress berat. Dia baru menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan, yakni :

a.       Bahwa telah terjadi miskomunikasi dari bawahannya, tidak mungkin secara tiba-tiba ada gunung es di depan kapal di lautan lepas seperti ini, pasti ada informasi yang tidak disampaikan kepadanya dari sebelumnya.

b.       Dia telah lalai untuk melakukan control kepada bawahan-bawahannya karena telah terlena oleh kesenangan dengan para bangsawan dan hartawan, sehingga dia tidak mendapatkan informasi yang akurat setiap menit. (jika semakin cepat kapal, maka frekwensi pelaksanaan kontrol harus semakin sering dan semakin rapat waktunya)

c.        Dia tidak mengantisipasi kemungkinan terburuk, seperti : Jumlah baju pelampung yang terbatas, jumlah perahu sekoci  yang terbatas, jumlah ban yang terbatas, dan lain-lain.

d.       Dia terlambat memerintahkan untuk menurunkan sekoci, karena semula menyangka bahwa kapal tidak mungkin tenggelam, sehingga terjadi hiruk pikuk yang luar biasa saat penurunan skoci, akhirnya beberapa  sekoci tidak berfungsi karena ulah para penumpang yang sudah tidak bisa diatur karena hiruk-pikuk kepanikan massa.

e.       Dia tidak mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebarakan dan ledakan yang membuat kapal terbelah dua. (mungkin karena kontruksi kapal yang tidak memungkinkan, sehingga hal ini tidak bisa dilakukan)

f.         Berbagai upaya yang mungkin dapat dilaksanakan telah diusahakan, tetapi momennya sudah terlambat, maka bencana besar yang menimpa kapal Titanic benar-benar terjadi, upaya-upaya tersebut, antara lain :

1)          Memerintahkan bagian mesin untuk menghentikan laju kapal, tetapi kapal yang demikian besar dan panjang tidak mungkin menurunkan kecepatannya dalam waktu singkat.

2).         Memerintah bagian kemudi untuk merubah haluan agar tidak menubruk gunung es, tapi kapal yang masih melaju dalam kecepatan tinggi, jadi tidak mungkin membelokkan kapal sembilan puluh derajat, walaupun kemudi kapal sudah diputar habis.

3)          Memerintahkan seluruh teknisi untuk menutup seluruh kebocoran, setelah bagian kanan depan kapal dan lambung kanan kapal membentur bongkahan gunung es,  tetapi tekanan air yang masuk sangat kuat karena bobot kapal sangat berat, akhirnya banyak teknisi yang meninggal kelelep.

4)         Memerintahkan petugas operator radio komunikasi untuk meminta bantuan, tetapi kapal terletak di tengah-tengah samudra yang jauh dari mana-mana, tidak mungkin bantuan datang dengan segera.

5)          Kapten masih terus berfikir untuk menyelamatkan kapalnya, tapi kapal mulai oleng dan mulai miring ke kanan,  akhirnya dia memutuskan untuk tidak meninggalkan kapal. Sebab kalau dia menyelamatkan diri sendiri, diapun sudah tua dan dia akan dituntut di pengadilan atas kelalaiannya. (keputusan yang diambil atas dasar rasa tanggung jawab yang sangat besar, bukan karena takut diadili)

Analisa kejadian saat itu pada kapal Titanic,  jika komunikasi yang terjalin antara atasan dan bawahan berjalan dengan lancar dan tidak ada miskomunikasi, ialah :

1.         Kapten Kapal memperhatikan bawahannya, untuk ikut bergabung sesuai dengan kesenangan yang dipilih bawahannya, maka bawahannya tidak akan stess. Karena manusia tidak sama dengan mesin, manusia akan stress dan depresi jika diperlakukan seperti mesin dalam waktu yang cukup lama. (faktor “human error” karena kelelahan mental, harus diperhitungkan pada setiap pekerjaan)

2.         Petugas operator radio komunikasi, segera melaporkan kepada Kapten Kapal (pada detik itu juga), bahwa ada sinyal yang tidak jelas. Kapten Kapal pasti mengetahui bahwa sinyal yang tidak jelas pasti terhalang. Di lautan bebas seperti ini, besar halangannya pasti sebesar gunung. Maka kapten kapal akan memerintahkan kepada petugas operator radio komunikasi :

a.       Cek peralatan radio apakah ada spare part atau onderdilnya yang rusak, hasilnya laporkan pada menit pertama.

b.       Cek sumber sinyal arahnya dari mana, hasilnya laporkan pada menit kedua.

3.         Petugas penjaga menara kapal segera melaporkan kepada Kapten Kapal (pada detik itu juga), bahwa tiba-tiba suhu udara berubah menjadi sangat dingin, dan jauh di depan terdapat kabut yang menghalangi jarang pandang. Kapten Kapal pasti mengetahui hal ini tidak mungkin terjadi tiba-tiba di lautan lepas, maka kapten kapal pasti :

a.       memerintahkan kepada petugas penjaga menara kapal untuk mencek cuaca, apakah terlihat semacam taufan yang kemungkian kecepatannya di atas seratus kilometer per-jam,  dan laporakan segera.

b.       memerintahkan kepada petugas kemudi dan navigasi, apakah kapal sudah berubah arahnya dari rencana semula. Laporkan segera.

4.         Berdasarkan semua informasi yang diterima dari  semua petugas tersebut, kapten kapal berpengalaman di lautan puluhan tahun pasti sudah dapat memperkirakan bahwa :

a.       Jika peralatan radio tidak rusak, maka sinyal yang masuk tidak jelas pasti terhalang dan besarnya halangan di lautan lepas pasti sebesar gunung.

b.       Jika arah sinyal dari depan, maka yang menghalangi sinyal ada di depan kapal yang besarnya benda tersebut sebesar gunung.

c.        Jika suasana sekitar kapal tidak berubah dan tidak ada semacam taufan, maka udara sangat dingin itu berasal dari es atau salju di depan.

d.       Gumpalan kabut di depan kapal adalah semacam uap dingin dari es atau salju, maka di depan kapal terdapat bongkahan es sebesar gunung.

d.       Jika laporan bagian kemudi dan navigasi, bahwa kapal berjalan sesuai jalur yang direncanakan, berarti kapal tidak menuju ke arah kutub selatan tapi menuju bangkahan gunung es yang mengambang.

e.       Berarti saat ini, bongkahan gunung es yang mengambang ditiup angin menuju ke  arah kapal,  antara kapal dengan gunung es ke arah yang saling bertumburan.

f.         Kapten kapal pasti akan segera memerintahkan untuk mengurangi kecepatan, membelokkan arah kapal dan segera mencari  jalur alternatif lain, agar semuanya selamat. (cara berpikir yang cepat dari kapten berpengalaman, pasti tidak diketahui oleh siapapun bawahannya)

Kesimpulan

1.         Kapten Kapal Titanic Edward J. Smith bukan satu-satunya orang yang paling bersalah,  pasti dia tidak mau bersikap melepas tanggungjawab kepada bawahan dan mempersalahkan bawahan karena terjadinya miskomunikasi. Terbukti dari upayanya yang sangat gigih untuk mengatasi permasalahan sangat besar yang sedang dihadapinya dan dia tidak meninggalkan kapal sampai akhir hayatnya.

2.         Kapten kapal Titanic yang pandai dan sangat berpengalaman puluhan tahun dalam perjalanan di laut lepas, akhirnya tidak dapat mempergunakan seluruh kepandaiannya dan pengalamannya secara maksimal, disebabkan telah terjadi miskomunikasi.

3.        Semua peralatan teknologi maju yang terdapat pada kapal Titanic, seolah-olah sudah tidak mampu mengatasi permasalahan dan kesulitan yang ada, permasalahan utamanya karena telah terjadi miskomunikasi.

4.         Pelaksana pekerjaan, selaku bawahan, memang seharusnya juga tidak boleh lalai dan selalu berpedoman pada arahan atasan, maka sikap lalai bawahan dengan tidak menyampaikan informasi yang benar  dan lengkap dari saat-saat  awal, bukan hanya akan membebani atasan dengan permasalahan (sangat) besar, tetapi juga dapat menimbulkan bencana dan bahaya bagi masyarakat umum.

5.       Kapten kapal sebagai penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan dengan mobilitas tinggi, sama sekali tidak boleh lalai walau sesaat dan para penumpang sebaiknya tidak merayu kapten kapal untuk ikut bersenang-senang yang dapat mengakibatkan kapten menjadi  lalai akan tugas pokoknya.

6.     Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, hendaklah setiap orang berhati-hati dalam menggunakan alat komunikasi (seperti : handphone, laptop, handy talki, komputer dan lain-lain) jangan sampai mengganggu jalur komunikasi pelaksanaan pekerjaan siapapun, baik di darat, di laut atau di udara.

7.       Jika dalam era kemajuan teknologi yang demikian cangkih sekarang ini, masih terdapat atasan yang mengalami miskomunikasi; maka atasan seperti ini, sungguh membahayakan masyarakat umum yang harus menggunakan jasa pelayanannya.

8.       Atasan atau bawahan pelaksana, yang tidak professional, cenderung untuk mengkambinghitamkan “permasalahan miskomunikasi” ini, sebagai pembenaran kekeliruannya, terutama yang telah mengakibatkan korban jiwa dan kerugian materil. (sikap permohonan maaf kiranya tidak cukup, karena kejadian serupa pasti akan terulang lagi dan akan jatuh korban lagi, akan terjadi kerugian meteril lagi)

Penutup

Masih adakah orang yang memiliki rasa tanggung jawab yang demikian besar seperti Kapten Kapal Titanic Edward J. Smith dan masih adakah orang-orang yang berusaha terjalinnya komunikasi dengan lancar selama melaksanakan pekerjaan, masih banyakkah orang yang memperhatikan masalah keselamatan, sehingga kejadian seperti kapal Titanic tidak terulang lagi.

Semoga permasalahan miskomunikasi yang menimbulkan bencana akan menjadi perhatian kita semua dan semoga kisah tenggelamnya kapal Titanic, akan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua. (pelajaran ini diambil dari film “Titanic” yang penuh dengan fiksi, jika penasaran – – – silahkan tonton filmnya)

Keabadian berasal dari kata ‘abadi’ merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang mendapat awalan ke – dan akhiran  – an. ( abadi  —>   ke – abadi – an)

Kata ‘abadi’ dalam bahasa arabnya (  الأبد = Al Abad ) mengandung  4 arti :

1.   (الدهر = Ad Dahr), artinya : waktu yang lama, atau lama masanya.

2.    (القديم = Al Qodiim), artinya : keberadaannya dalam waktu yang lama, atau keberadaannya sudah ada sejak lama.

3.    (الأزلي = Al Azali), artinya : keberadaannya sejak sejak awal, atau keberadaannya tidak ada awalnya.

4.    (الدائم = Ad Daim), artinya : yang tetap setiap waktu, atau yang tidak berubah setiap saat.

Pengertian abadi berkenaan dengan waktu yang lama, atau berkenaan dengan waktu yang tidak terbatas, atau (مالا نهاية له = malaa nihaayah lah), artinya yang kekal, yang tiada berkesudahan.  Jadi pengertian keabadian ialah : sesuatu yang bersifat kekal, dan keberadaannya dalam waktu yang tiada terhingga, serta bersifat tetap, tidak berubah setiap saatnya.

Keberadaan sesuatu, jika sifat kekalnya dan sifat tetapnya terbatas, hanya dalam waktu tertentu;  atau terjadi perubahan seiring dengan berjalannya waktu, menjadi sesuatu yang lain, atau menjadi rusak, hancur atau sirna. Maka keterbatasan waktu dalam sifat kekalnya, atau perubahan dengan berjalannya waktu, keduanya menunjukkan kefanaan. (kefanaan = tiada keterbatasan)

Keabadian berkorelasi dengan waktu, tetapi keabadian tidak dapat dihitung, tidak dapat diukur dan tidak dapat diperkirakan, karena keabadian tiada terhingga, tiada terbatas dan tiada berkesudahan. Adapun waktu dapat diukur, dapat dihitung dan dapat diperkirakan, ukuran waktu terpendek adalah detik, dan ukuran waktu terpanjang adalah abad. (1 abad = 100 tahun, 1 tahun = 12 bulan)

Terdapatnya sebuah asumsi yang mengatakan : “Bahwa semua berubah, tidak ada yang tetap, yang tetap hanyalah perubahan itu sendiri.”   Asumsi ini dengan jelas menunjukkan, bahwa semua berada dalam kefanaan. Timbul pertanyaan :   Apakah kita saat ini berada dalam kefanaan?   Adakah keabadian dalam kehidupan ini?

Kapan akan terjadinya perubahan pada sesuatu, sebagai bukti kefanaan, mungkin dapat diprediksi, diramalkan dan diperkirakan. Menurut kebiasaan, semua ramalan dan perkiraan tersebut seringkali menarik perhatian dan terkadang dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan sesuatu. Timbul pertanyaan : Bagaimana kalau ramalan dan perkiraan tersebut tidak tepat, atau meleset? Apa yang akan terjadi pada waktu mendatang, jika ramalan dan perkiraan yang tidak logis dan tidak rasional dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan?

Sejak jaman dahulu kala, telah banyak orang yang membuat perkiraan dan ramalan tentang masa depan, tetapi sampai saat ini kebanyakan ramalan mereka tidak tepat, tidak terbukti atau meleset. Dan kemungkinan untuk selanjutnya, akan selalu ada orang yang membuat ramalan tentang masa depan. Ramalan tentang masa depan adalah suatu metode kuno, atau metode yang telah ada sejak sebelum jaman batu (Pra-megalitikum) yang semula dimaksudkan untuk menguak keabadian, atau untuk mengetahui terjadinya keabadian. Timbul pertanyaan : Apakah keabadian itu mustahil?  Bukankah di dunia ini tidak ada yang mustahil?

KEABADIAN YANG DIDAMBAKAN DALAM KEHIDUPAN

Setiap orang, siapa saja, pasti sangat menginginkan atau mendambakan suatu keabadian dalam kehidupannya, maka berbagai rayuan yang berisi tentang keabadian akan selalu menarik perhatian dan menggiurkan siapa saja. Adapun hal-hal yang didambakan keabadian dalam kehidupan ini, antara lain :

1.    Umur yang panjang

Setiap orang, siapa saja, walaupun sudah lanjut usia, tentu masih mengharapkan umur yang panjang, dan masih betah untuk hidup lebih lama lagi di dunia ini. Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh banyak orang, diantaranya oleh Raja Wanli dari Dinasti Ming (1368 – 1644), telah berusaha mengumpulkan seluruh tabib, sinshe dan  dokter  dari seluruh dunia, dengan maksud sebagai usaha untuk memperpanjang umur, akhirnya dengan perasaan penuh kekecewaan dia berkata :”Saya dapat mengalahkan kerajaan manapun, tetapi saya tidak dapat mengalahkan kematian”.

Pada setiap agama, terdapat doa untuk memohon panjang umur, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain; tetapi pada paham keagamaan yang keliru atau aliran yang menyimpang  atau sekte agama yang sesat; tidak ditemukan doa sejenis ini, dan mereka lebih banyak menekankan pada pengertian keabadian menurut versi mereka masing-masing. ( sungguh  celaka, jika versi keabadian mereka masing-masing hanyalah kefanaan belaka?!!!)

Kalau ada obat atau ramuan/campuran makanan yang bisa memperpanjang umur, pasti akan dicari oleh banyak orang, akan laku keras dan harganya akan sangat mahal sekali. Dan perayaan ulang tahun dengan mengundang sanak saudara dan teman-teman semua, merupakan ungkapan kegembiraan karena umurnya telah bertambah satu tahun; tapi menurut versi lain, justru sebaliknya atau umurnya berkurang satu tahun dari ajal. (ajal = detik akhir kehidupan) Timbul pertanyaan : Apakah dari tanda-tanda fisik dapat diketahui kapan ajal itu tiba? Adakah  upaya lain untuk mengetahuinya serta upaya lain untuk menunda ajal?

2.    Kecantikan yang Abadi

Setiap wanita, siapa saja, pasti menginginkan memiliki kecantikan yang secantik miss universe (seperti ratu kecantikan dunia) dan memiliki kecantikan yang alamiah, langgeng dan tetap cantik sepanjang masa.  Berbagai usaha telah dilaksanakan banyak orang dari merawat wajah, kulit, tubuh, sampai diet, senam dan lain-lain. Dalam ilmu kedokteran terus diteliti dan dikembangkan upaya untuk mengurangi tanda-tanda ketuaan, seperti : kulit yang semakin keriput, warna kulit yang berubah, mulai terdapat plek-plek di kulit atau perubahan pigmen dan lain-lain; yang semuanya itu tidak dapat disembunyikan. Timbul pertanyaan : Apakah operasi plastik/operasi kecantikan dapat merubah atau menambah kecantikan seseorang, sehingga menjadi secantik miss universe?   Bagaimana upaya menjaga kecantikan agar tidak luntur dan tetap cantik sepanjang masa? Adakah kecantikan yang abadi, ataukah kecantikan hanyalah kefanaan yang pasti akan semakin meluntur seiring dengan bertambahnya usia?

3.    Kegagahan yang abadi

Setiap orang, siapa saja, pasti ingin memiliki penampilan yang kuat, gagah dan menarik. Berbagai usaha telah dilaksanakan banyak orang; mulai dari senam, olahraga berat sampai memakan vitamin dan suplemen.   Tetapi tanda-tanda ketuaan, seperti : tenaga yang semakin melemah, tubuh yang semakin membungkuk, pandangan yang semakin kabur, dan pendengaran yang semakin berkurang; semuanya itu tidak dapat disembunyikan. Timbul pertanyaan : Bagaimana meningkatkan kekuatan, stamina dan kegagahan serta mempertahankannya agar tidak terjadi penurunan? Mungkinkah menjaga kesehatan yang prima sampai usia sangat lanjut? Adakah kegagahan yang abadi atau kegagahan hanyalah kefanaan yang semakin lama semakin melemah?

4.    Percintaan yang abadi

Setiap orang, siapa saja, jika menginjak usia dewasa, akan timbul rasa ketertarikan pada lawan jenisnya, dan timbul keinginan untuk selalu berkomunikasi dan berdekatan dengannya; yang akhirnya terlibat dalam percintaan yang sangat romantis, sebagaimana digambarkan dalam kisah-kisah yang sejenis dengan :  ‘Romeo and Juliet’ atau ‘Laila Majnun’.

Setiap orang pasti merasa tenang dan tenteram jika kekasihnya berada disampingnya, oleh karena itu sepasang kekasih, yang keduanya sudah dewasa, dan sedang terlibat dalam percintaan yang (sangat) mendalam, pasti menginginkan untuk membina percintaannya menjadi abadi, dalam suatu keluarga yang bahagia sampai kakek-kakek dan nenek-nenek, atau sampai usia tua kelak.

Upaya sepasang kekasih untuk  mengabadikan percintaannya dalam sebuah ikatan perkawinan yang resmi, sah, sakral, suci dan diakui oleh semua pihak; sepatutnyalah niat dan usaha baik keduanya mendapatkan dukungan dari semua pihak dan semua orang, sehingga kebahagiaan mereka berdua menjadi lebih lengkap.  Apabila kemudian dengan kelahiran anak-anak sebagai buah percintaan mereka, tentu akan menambah kebahagiaan mereka berdua, yang seharusnya juga menambah kebahagiaan semua keluarga besar. Timbul pertanyaan : Apakah upaya mengabadikan percintaan akan berhasil, jika percintaan tidak dilanjutkan ke jenjang pernikahan?  Apakah upaya mengabadikan percintaan akan berhasil, jika salah satu pihak melangsungkan pernikahan dengan orang lain? Apakah upaya mengabadikan percintaan akan berhasil, jika keluarga yang telah mereka bina sekian lama mengalami perceraian?  Apakah upaya mengabadikan percintaan perlu dilanjutkan jika dasar jatuh cintanya adalah kefanaan, seperti kecantikan yang semakin lama semakin luntur, atau kegagahan yang semakin lama semakin melemah? Apakah upaya mengabadikan percintaan perlu dilanjutkan jika dari awal percintaannya didasari oleh kebohongan, atau kepentingan yang tidak terpenuhi, seperti kepentingan politik, kepentingan ekonomi atau kepentingan lainnya? Apakah upaya mengabadikan percintaan perlu dilanjutkan, jika anak-anak tidak lagi menjadi sumber kebahagiaan, atau malah hanya menjadi beban kehidupan yang sangat berat?

5.    Kemujuran atau hoki yang selalu ada.

Setiap orang, siapa saja, pasti menginginkan kemajuan usaha yang dilakukannya, dan kemajuan akan selalu didapat jika dalam sedang mengalami kemujuran atau hoki. Dan tidak ingin setiap usahanya mengalami kegagalan usaha atau tidak ingin mengalami kengkrutan atau sedang mengalami kesialan. (ada sekelompok masyarakat yang memuja dewi kwan im untuk mendapatkan kemujuran yang abadi? apakah dengan memuja dewi kwan im akan didapat kemujuran yang abadi, atau hanya mendapat kemujuran yang sesaat?)

Salah satu usaha untuk mendapatkan kemujuran atau hoki adalah dengan memohon bantuan penasehat spiritual, paranormal, dukun, tukang ramal atau yang sejenis lainnya. Muncul ungkapan :”kamu tidak maju karena kurang sesajen”,  yang dimaksud ‘kurang sesajen’ ialah tidak meminta bantuan kepada dukun yang manjur. Yang tragis, dari riwayat kehidupan beberapa dukun yang dianggap manjur, mereka tidak mau menjelaskan ramalannya yang tidak tepat atau meleset, dan  mereka mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Persaingan antar dukun pada masyarakat yang percaya pada tahayul menjadi sangat ketat, karena jumlah mereka yang selalu bertambah; sedangkan pada masyarakat yang tidak percaya pada tahayul, jumlah dukun semakin berkurang.  Timbul pertanyaan : Apakah bantun dukun akan mendatangkan kemujuran atau hoki yang abadi? Bagaimana upaya untuk mengetahui kemujuran yang abadi ataukah kemujuran yang abadi tidak pernah ada?  Apakah kemujuran adalah kefanaan yang hanya berupa kebetulan, kebetulan waktunya, kebetulan tempatnya, kebetulan orangnya, kebetulan metoda dan cara kerjanya, kebetulan peralatannya,  kebetulan biaya dan kesempatannya?

6.    Keamanan dan kerukunan masyarakat secara langgeng

Setiap orang, siapa saja, tentu tidak akan betah,  jika bertempat tinggal di daerah konflik, atau di daerah yang selalu terjadi keributan dan tidak aman. Dan juga tidak akan tenteram jika keluarganya diganggu oleh kejahatan apapun. Semua orang ingin hidup dalam lingkungan masyarakat yang aman dan rukun selamanya.

Terciptanya keamanan dan kerukunan dalam suatu masyarakat, karena setiap anggota masyarakat menjunjung nilai-nilai luhur; sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang  saling menghargai, saling menghormati, saling menyayangi, saling tolong-menolong jika mendapat kesulitan apapun, saling bekerjasama dalam kemajuan usaha apapun serta terbina kekompakan seluruh warga masyarakat.

Pihak generasi sebelum kita, berusaha mengabadikan dan mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi sesudahnya, agar masyarakat tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan agar tercipta keamanan dan ketenteraman dalam masyarakat. Peninggalan dari usaha mereka berupa prasasti atau ukiran terpahat pada batu yang berisi suatu pesan atau  informasi  tertentu. (mayoritas masyarakat, hanya melihat sebagai peninggalan karya seni, dengan kurang memperhatikan nilai-nilai luhur yang diwariskan)

semuanya itu dapat kita temukan antara lain di museum atau di candi-candi, seperti : Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Mendut, Candi Kalasan, Candi Sewu dan candi lainnya. (Menurut mereka,  batu adalah benda yang keras dan akan tahan lama, tapi sangat disayangkan akibat kurangnya perawatan, maka terjadinya kerusakan pada ukiran-ukiran batu yang mengandung nilai-nilai luhur tersebut) Timbul pertanyaan : Apakah keamanan dan ketenteraman akan tercipta secara langgeng, jika setiap anggota masyarakat tidak lagi saling  menghormati, tidak lagi menjunjung tinggi nilai-nilai luhur? Apakah keamanan dan ketenteraman akan tercipta secara langgeng, jika masyarakat belum siap untuk menerima ‘budaya luar’ yang tidak sesuai atau bertentangan dengan budaya yang ada? Apakah keamanan dan ketenteraman akan tercipta secara langgeng, jika setiap anggota masyarakat tidak ada lagi solidaritas, tidak ada lagi kesetiakawanan sosial, berupaya untuk saling ‘berjauhan’, tidak ada lagi kerjasama dalam semua bidang usaha, dan tidak ada lagi upaya bergotongroyong untuk mengatasi suatu kesulitan, atau bahkan saling mau enak sendiri?

PENCARIAN BUKTI KEABADIAN

Penemuan ‘teori kekekalan massa’ dalam Ilmu Fisika oleh Albert Einstein, mendorong pembuatan ‘Bom Atom’, yang kemudian berkembang menjadi ‘Bom Nuklir’. Penggunaan bom atom, mengakibatkan banyaknya korban yang meninggal dunia, dan kerusakan lingkungan alam yang parah. Maka dapat dikatakan, bahwa bom atom telah menjadi ‘bumerang’ sebagai senjata pembunuh massal  dan penghancur lingkungan yang dahsyat. Sampai saat ini seluruh negara menjadi sibuk, membuat perjanjian untuk memusnahkan semua senjata pembunuh massal. Timbul pertanyaan : Apakah penemuan teori Einstein ini, semula dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari bukti keabadian? Bukankah pembunuhan massal dan penghancuran lingkungan hanya akan menambah permasalahan pada kehidupan manusia selanjutnya? Bukankah upaya apapun untuk mencari bukti keabadian, hanya akan menjadi ‘bumerang’ untuk menemukan lebih banyak lagi bukti kefanaan?

KESIMPULAN

1      Setiap orang yang tidak memahami tentang permasalahan keabadian, dapat mempengaruhi tingkah lakunya, perubahan tingkah laku tersebut dapat dibagi dalam 3 kelompok :

a.   Mereka yang sangat mendambakan keabadian, tanpa memperhatikan kebutuhan, kepentingan dan kebaikan dirinya, keluarganya dan masyarakat sekelilingnya.

b.    Mereka yang tidak mendambakan keabadian dalam kehidupannya, tanpa ada upaya nyata untuk mengatasi setiap perubahan secara rasional.

c.    Mereka yang banyak berangan-angan secara egoisme, atau panjang angan-angan dengan sangat terobsesi dan berambisi; tanpa menyadari bahwa mereka berada dalam kefanaan atau dalam situasi dan kondisi yang selalu berubah dengan cepat setiap saat.

Perubahan tingkah laku pada setiap kelompok tersebut, disebabkan mereka banyak mengalami kekecewaan, stres dan depresi dalam waktu yang lama, maka sebaiknya mereka semua diperiksakan kesehatan jiwanya.

2.    Siapapun, sebaiknya selalu mawas diri, jangan sampai terhanyut oleh permainan duniawi yang mengasyikkan atau oleh rayuan gombal dari kefanaan yang menggiurkan. Kiranya membatasi diri untuk kesehatan, akan lebih baik daripada memperturutkan berbagai hawa nafsu, emosi, dan ambisi, yang tanpa kendali atau  yang tanpa batas, yang hanya mengakibatkan kesengsaraan bagi diri sendiri dan anak cucu mendatang.

PENUTUP

Dengan memahami perbedaan antara keabadian dan kefanaan dengan segala persoalannya (dan dengan merenungkan berbagai pertanyaan yang timbul), diharapkan kita semua menjadi lebih bijaksana dalam menyikapi kefanaan, sehingga lebih sedikit mengalami kekecewaan, dan lebih bahagia dalam menjalani kehidupan ini selanjutnya.

Keberadaan rayap akan selalu menyembunyikan dirinya.

Tidak akan mau diketahui oleh siapapun.

Tidak akan peduli terhadap siapapun.

Akan selalu berusaha menghindari sinar matahari.

Karena dalam suasana terang benderang, semua jadi transparan.

Metode rayap adalah start dan finish dari dalam.

Tidak akan mau diukur hasil dan prestasi kerjanya.

Tidak akan peduli semua jadi kropos dan rapuh, walau terlihat utuh.

Akan selalu bekerja dari dalam kayu secara tertutup.

Karena instingnya mengatakan ‘tertutup rapat sangat penting’.

Aktifitas dan kreatifitas rayap hanyalah menggerogoti kayu.

Tidak akan mau berhenti beraktifitas siang malam.

Tidak akan peduli dengan lingkungan yang bagaimanapun.

Akan selalu berusaha memperkecil postur tubuhnya.

Karena semakin kecil lubang masuk, akan semakin sulit dilacak.

Ambisi rayap hanyalah menikmati kayu apapun.

Tidak akan mau tahu tentang aturan kepemilikan.

Tidak akan peduli kayu milik siapapun.

Akan selalu berusaha menggarapnya jika bisa.

Karena demi ambisinya, hanya mementingkan dirinya saja.

Obsesi rayap hanyalah melahap dan menelan semuanya.

Tidak akan mau memperhatikan ukuran perutnya.

Tidak akan peduli dengan teman-teman sejawatnya.

Akan selalu menggerogoti kayu dengan gelap mata.

Karena parameternya hanya sebatas congornya saja.1)

Ketenangan rayap ketika berada di tempat terlindung.

Tidak mau berada di tempat terbuka yang mudah terlihat.

Tidak akan peduli semua akibat dari dampak kerjanya.

Akan selalu berusaha menghindar, jika bangunan berat runtuh.

Karena biarlah orang lain tertimpa bangunan berat, asal dirinya selamat.

Selera makan rayap meningkat, jika aroma kayu menyengat hidungnya.

Tidak akan mau memilih-milih kayu gelondongan atau sudah berbentuk.

Tidak akan peduli, walaupun  kayu yang sudah berbentuk kursi.

Akan selalu berusaha menggerogotinya walau ada yang mendudukinya.

Karena biarlah orang lain terhempas ke tanah dari kursinya, asal dirinya aman dari patokan ayam dan kejahatan orang.

Keserakahan rayap dalam berebut kayu sangat ketat dan tidak terlihat.

Tidak akan mau areanya dimasuki yang lain, walau hubungannya merapuh.

Tidak akan peduli temannya kelaparan dan tidak dapat makan.

Akan selalu berusaha agar semua obyekannya selalu dalam areanya.

Karena untuk tetap hidup, apapun akan dilakukan meski harus menyerang teman.

——

1) Congor = mulut binatang.


Telah berpulang kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, mantan presiden Republik Indonesia keempat, KH. Abdurahman Wahid, pada hari Rabu 30 Desember 2009 jam 18.45 WIB. di Jakarta  dan dimakamkan tanggal 31 Desember 2009 jam 13.35 WIB. di Jombang, Jawa Timur.

Saat pemakaman beliau, banyak dihadiri oleh para pelayat dari berbagai kalangan sampai masyarakat bawah, dari semua elemen masyarakat dan dari semua pemuka agama. Semua pelayat tidak sanggup menahan kesedihan, karena haru dan duka yang mendalam, mengiringi kepergian beliau ke tempat peristirahatannya yang terakhir.

Prosesi pemakamannya dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara protokoler kenegaraan dengan upacara militer, maka   keluarga dan masyarakat merasakan “ada batas dan ada jarak”,  karena mereka semua ingin ikut mengurusnya dan menguburkannya secara langsung.

Pelaksanaan pemakaman dengan upacara resmi kenegaraan seperti ini, biasanya dilaksanakan  di tempat pemakaman “Taman Makam Pahlawan”, tetapi pelaksanaan pemakaman  kali ini dilaksanakan di komplek Pondok Pesantren Tebuireng.   Pelaksanaan di pondok pesantren ini merupakan kejadian langka  dan baru pertama kali.

Pada malam jum’at tanggal 31 Desember 2009, dilaksanakan tahlilan dan doa setelah sholat magrib, di depan makam KH Abdurrahman Wahid, suasana sedih tidak hanya terasa di komplek Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang,tetapi juga di pondok-pondok pesantren di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi yang melaksanakan kegiatan serupa. Dan selanjutnya kagiatan tahlilan dilaksanakan selama tujuh hari berturut-turut.    Pada tanggal 1 Januari 2010 dilaksanakan sholat gaib dan doa bersama untuk al marhum setelah pelaksanaan sholat jum’at di masjid-masjid, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Saat pergantian tahun baru 2010 ini, walaupun semua warga Indonesia berantusias ingin ikut “merayakan tahun baruan”, sebagai “Tradisi Tahunan” di Indonesia dengan berbagai acara termasuk adanya kembang api yang meriah, tapi tetap masih terasa suasana berkabung atas wafatnya mantan Presiden Republik Indonesia keempat KH. Abdurrahman Wahid.

Seluruh rakyat, warga dan bangsa Indonesia bersedih, berduka, berkabung dan merasa kehilangan atas wafatnya KH. Abdurrahman Wahid, momentum ini dijadikan “Hari Berkabung Nasional” yang ditandai dengan menaikkan bendera merah putih  setengah tiang, selama tujuh hari diseluruh wilayah Republik Indonesia.

Bukan hanya umat islam yang merasa kehilangan, tapi juga umat dari agama lain, ribuan orang lintas agama mendoakan KH Abdurrahman Wahid pada malam kamis itu di berbagai tempat. Dan selanjutnya doa yang dipanjatkan untuk beliau, tidak hanya di masjid-masjid, tapi juga di gereja-gereja, di vihara-vihara, di klenteng-klenteng, atau di tempat-tempat ibadah lainnya. (Didoakan oleh umat dari agama lain ini adalah kejadian yang langka dan luar biasa)

Pribadi yang unik

KH. Abdurrahman Wahid yang lebih akrab dipanggil “Gus dur” terkenal memiliki pribadi yang unik sejak masa santrinya, anatara lain :

1.    Beliau terkenal sebagai santri yang “kutu buku” (suka membaca), tapi suka bergaul.   Beliau tidak sama dengan kutu buku lainnya, yang umumnya bersifat pendiam dan lebih suka menyendiri.

2.   Kebiasaan beliau  setiap pagi membaca surat kabar harian (koran), tentu saja kebiasaan ini berbeda dengan kebiasaan santri di pondok pesantren yang setiap pagi membaca kitab suci Al Qur’an.

3.   Beliau lebih gemar bermain dari pada ikut mengaji atau ikut pelajaran di kelas, tetapi yang membingungkan para gurunya, walaupun jarang mengikuti pelajaran di kelas, beliau dapat menjawab semua pertanyaan dan menguasai semua pelajaran dengan baik. (Beliau terkenal pandai dan brillian)

4.   Beliau bergaul dengan siapa saja, tanpa membedakan agama, tidak seperti para santri yang  umumnya membatasi pergaulan dengan orang-orang di luar islam.

5.   Beliau menyenangi musik, sering mendegarkan lagu-lagu dan berjiwa seni, tidak seperti para santri yang umumnya tidak menyenangi musik, bahkan ada kiai yang mengharamkan musik.

Tokoh Kharismatik

Kiai Gusdur adalah  ulama yang negarawan, dan budayawan yang intelek, juga dikenal sebagai seorang tokoh masyarakat yang berwibawa dan karismatik. Pribadi beliau demikian mengagumkan, masyarakat merasakan bahwa pesonanya, wibawanya, kharismanya dan daya tariknya demikian kuat, sehingga pengagumnya, pengikutnya dan pencintanya selalu bertambah.

Beberapa orang berpendapat, bahwa wibawa dan kahrisma yang dimiliki oleh Kiai Gusdur hampir sama seperti wibawa dan kharisma yang dimiliki oleh presiden pertama Republik Indonesia  Ir. Soekarno.

Sikap dan tutur katanya menjadi panutan, ditaati dan diikuti oleh masyarakat umum, mungkin karena jiwa kepemimpinannya dan leadershipnya yang demikian menonjol, disamping beliau adalah manajer yang baik. Beliau adalah tempat bertanya, bagi siapa saja yang mengalami kesulitan.  (Beliau mampu memberikan jalan keluar dan solusi mengatasi suatu permasalahan sulit)

Pengikut yang fanatik

Tidaklah mengherankan, jika  masyarakat umum yang mengidolakan Kiai Gusdur berusaha untuk selalu dekat dengannya dan akhirnya menjadi pengikutnya yang taat. Tetapi umumnya mereka yang jadi pengikut yang taat,  tidak mengerti atas semua ucapan, pernyataan, dan sikap Kiai Gusdur atau mereka sebenarnya telah menjadi fanatik.  Jadi mereka adalah para pengikutnya yang mencintainya secara berlebihan.  (menurut para pengikut  yang fanatik, apapun yang dikatakan Gusdur pasti benar)

Kelompok masyarakat yang fanatik terhadap Kiai Gusdur ini, kadangkala berlebihan  dalam mengagungkannya dan memujanya, sampai mengkultuskannya sebagai wali, atau setengah dewa. Padahal Kiai Gusdur sendiri, tidak ingin dirinya dikultuskan demikian. (Dari semua perkataan dan pernyataan Kiai Gusdur, tidak ada yang menunjukkan bahwa dirinya ingin dikultuskan)

Besar kemungkinan, bahwa jumlah pengikutnya yang fanatik akan selalu bertambah, terutama setelah menyebarnya isu bahwa “Gusdur adalah wali”.  Sekarang mereka “kehilangan pegangan” dengan wafatnya Kiai Gusdur, mereka “seperti anak ayam yang kehilangan induknya”,  seiring  berjalannya waktu, tidak tertutup kemungkinan mereka melakukan “semacam improvisasi atau semacam sublimasi” dengan menuhankan Gusdur atau akhirnya  mereka beranggapan bahwa ruh Gusdur adalah tuhan.

Awal gejala menuhankan Gusdur, ditandai dengan banyaknya peziarah yang mengambil atau membawa pulang, secuil tanah atau benda apapun dari sekitar kuburan Kiai Gusdur, untuk dijadikan “semacam jimat”.  Maka pihak pengurus kuburan  dari pesantren, menjadi sangat kerepotan karena para peziarah banyak yang berprilaku seperti ini.  Maka prilaku para  peziarah yang tiada henti setiap hari, mengakibatkan pengurus kuburan harus menguruk dan merapikan kembali tanah sekitar makam.

Memang tidak semua peziarah adalah pengikut fanatik Kiai Gusdur, karena berziarah ke kuburan siapapun adalah perintah agama untuk mendoakan almarhum, untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar diampuni dosanya, dan agar diangkat derajatnya di sisiNya. Kesalahan para pengikut yang fanatik karena berdoanya salah, bukan mendoakan almarhum, tapi memohon hal-hal lain, atau mungkin karena niatnya salah.

Kelompok fanatik Kiai Gusdur ini, selalu merasakan adanya ikatan emosional dengan Kiai Gusdur, hal ini ditandai dengan :

1.    Mereka mendukung siapa saja yang berusaha untuk lebih memuji dan lebih mengharumkan nama baik Kiai Gusdur, contohnya : kelompok pengikut fanatik,  mendukung usulan agar Kiai Gusdur dijadikan pahlawan nasional, usaha mereka dari mengumpulkan tanda tangan, sampai mereka melakukan demonstrasi dengan membubuhkan “Cap jempol darah” seperti terjadi  di Cirebon, Jawa Barat.

2.   Mereka memprotes siapa saja yang berusaha menjelekkan nama baik Kiai Gusdur, atau menyinggung perasaan Kiai Gusdur, contohnya : Pelawak Miing pernah  didemonstrasi, karena  salah satu lawakannya, dinilai menjelekkan nama baik dan menyinggung perasaan Kiai Gusdur. (padahal Kiai Gusdur sendiri bersikap terbuka, dan menerima kritik apapun. Sikap Kiai Gusdur ini bertentangan dengan sikap para pengikutnya yang fanatik, yang bersikap tertutup dan tidak dapat menerima kritik apapun)

Tokoh kontroversil

Kepribadian Kiai Gusdur yang sederhana, dan kebiasaannya yang tetap tidak berubah, dari masa santri sampai menjadi pejabat tinggi negara, telah menjadikan beliau sebagai tokoh kontroversil.

Hal-hal yang menarik perhatian masyarakat umum dari sikap kontroversilnya, antara lain :

1.   Beliau tetap suka humor, membuat suasana menjadi hidup dimanapun beliau berada, dan  kalau beliau ditanya dengan pertanyaan yang bersifat rumor, beliau menjawab dengan nada ringan : “Gitu aja, kok repot”. (masyarakat merasa  kaget dan aneh, mengapa pejabat tinggi negara, berbicara ceplas-ceplos dan asal jadi bicara seperti ini?)

Menurut beliau, sikap suka berkelakar dan suka bercanda dengan siapa saja, tidak akan menjatuhkan mana baik dan wibawanya. Sikap ini membuat kisruh atau salah tingkah para pejabat bawahannya. Karena sikap para pejabat pada umumnya, tidak suka bercanda dengan yang tidak selevel, hal ini dianggap akan berakibat  menjatuhkan pamor, nama baik dan wibawa. (Kebiasaan beliau bertentangan dengan kebiasaan umum para bawahannya)

2.    Umumnya para pejabat,  pada level apapun, bersikap angker, seram, keras, tegang, dan sangat menjaga jarak dengan siapapun, demi menjaga pamor, nama baik dan wibawa, bila perlu dengan berbagai upaya, akting dan improvisasi. (yang mengherankan, mengapa tidak bersikap menjaga jarak, dan sikap kontroversil Kiai Gusdur bukanlah dibuat-buat, bukan akting, bukan improvisasi dan bukan kepura-puraan, semuanya terjadi dan berjalan secara alamiah?)

3.   Terjadinya perbedaan pendapat yang tajam antara beliau : (a) dengan para ulama Nahdatul Ulama (NU), (b) dengan para intelektual dan cendekiawan, (c) dengan para politisi, serta (d) dengan beberapa kelompok kecil masyarakat. (jika berbeda pendapat dengan begitu banyak orang, mana yang benar?)

3.   Semua pernyataan dan sikap Kiai Gusdur sendiri yang di luar dugaan, tentu saja menarik perhatian umum, dan selalu menjadi bahan berita yang menarik bagi media massa, banyak berita di media masa yang bercampur aduk antara rumor dan kenyataan,  Beliau sendiri tidak mau menjelaskannya atau mengklarifikasikannya. Maka masyarakat umum, ada yang merasa kecewa, gemes, gregetan, ngeselin, dan juga yang ikut “merasa pusing”, dan ada yang merasakan “kok suasana tambah semrawut” , sehingga ada juga yang menjadi kurang menghargainya.

Mempelajari sikap kontroversilnya

Semua sikap kotroversil Kiai Gusdur selama memimpin bangsa ini, sepatutnya dipelajari demi kebaikan bangsa ini mendatang, dan untuk itu dalam mempelajarinya haruslah dengan kritis, logis, dan rasional bukan dengan tahayul atau  khurafat, dan bukan pula dengan hal-hal yang tidak logis dan tidak rasional.

Tujuan mempelajari sikap kontroversil Kiai Gusdur, yakni :

1.  Menggali, menemukan dan memahami nilai-nilai yang menjadi dasar sikap kontroversilnya, bukan dimaksudkan sebagai upaya untuk pembenaran dari sikap kotroversilnya, tapi sebagai upaya untuk mencari nilai apa yang mendasari  dari setiap sikap kontroversilnya.

2.  Mendapatkan suatu pengertian dan pemahaman yang benar dari sikap kontroversil Kiai Gusdur, yang kemungkinan dapat menghindari kesalahpahaman dan  meredam munculnya suatu paham “Gusdurisme yang keliru”.

Bila diteliti, nilai-nilai yang mempengaruhi dan mendasari sikap kontroversilnya  tersebut, dapatlah disimpulkan, bahwa nilai-nilai yang dimaksudkan merupakan gabungan atau kristalisasi kaidah-kaidah pokok sebagaimana tersurat dalam kitab-kitab “atsar” 1),  antara lain :

Kaidah Pertama : “lisanul hal afshohu min lisanil maqol wa ahammu min ‘ibadah binafsih”

لسان الحال افصح من لسان المقال و أهمّ من عبادة بنفسه

“Pengamalan agama secara realitas lebih fasih dari penjelasan yang gamblang dan lebih penting dari pelaksanaan ibadah secara pribadi.”

Pelaksanaan kaidah ini, berakibat :

1.   Kiai Gusdur tidak sependapat dengan siapa saja yang banyak teori atau banyak rencana, tapi kurang atau sedikit praktiknya secara substantial, beliau tidak sependapat dengan pengamalan agama secara kaku dan kurang proporsional. Dalam hal ini terkadang beliau bersikap tegas. Jika ada kelompok kecil umat islam yang masih berpandangan kolot dan kaku yang sempat menerima sikap tegas dari Kiai Gusdur ini, mereka menjauhi Kiai Gusdur. (mereka merasa tidak mau dimarahi lagi oleh Kiai Gusdur, padahal Kiai Gusdur bukan marah tapi menjelaskan hal-hal yang substantial  secara tegas, sayangnya penjelasannya sering disampaikan secara ringkas, sehingga yang terkesan hanya marah-marahnya)

2.   Memicu terjadinya pertentangan yang tajam antara Kiai Gusdur dengan para ulama Nahdatul Ulama (NU), karena para ulama NU. lebih mementingkan pada pelaksanaan ibadah secara pribadi, mereka sama sekali tidak mau terlibat dengan urusan kekuasaan (yang bersifat duniawi).  Kiai Gusdur justeru sebaliknya, malah  berambisi kekuasaan dan selalu ingin menjadi orang yang berkuasa.  (kata Kiai Gusdur : “masih mau jadi presiden, enak jadi presiden”)

3.   Umat islam secara umum  menjadi bingung, karena para ulama NU  yang dipimpin oleh Kiai Gusdur berbeda pendapat tentang Kiai Gusdur, bahkan ada yang mengatakan Kiai Gusdur sebagai seorang kiai yang aneh dan nyeleneh, tapi ada juga ulama yang setuju dengan semua yang dilakukan oleh Kiai Gusdur.

Kaidah Kedua :  “Laisa tadbiir wa taqoodum li tafakhoom wa takabbur, walakin limashlahatil Ummah”.

ليس تدبير و تقدّم لتفاخر و تكبّر ولكن لمصلحة الأمة

“Segala upaya dan kemajuan bukan dimaksudkan untuk bermegah-megahan dan berbuat yang kurang sesuai dengan keadaan, tetapi dimaksudkan untuk kebaikan umat.”

Pelaksanaan kaidah ini, berakibat :

1.  Memicu terjadinya pertentangan yang tajam antara Kiai Gusdur dengan kaum intelektual. Ketika Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) mengajak Kiai Gusdur untuk bergabung, maka Kiai Gusdur menolaknya dengan tegas. Seharusnya ICMI melakukan introspeksi ke dalam, Ada apa yang salah dengan ICMI?  Apakah mengambil sikap menjauhi Kiai Gusdur merupakan sikap yang tepat dari para intelektual? Kiranya semua ini perlu dikaji ulang? Ataukah kaidah yang menjadi dasar pada Kiai Gusdur yang keliru?

2.  Memicu terjadinya petentangan yang tajam  antara Kiai Gusdur dengan para politisi, karena Kiai Gusdur menilai para politisi telah “bermegah-megahan, berbuat yang kurang sesuai dengan keadaan serta kurang terarah untuk kebaikan umat”, terutama ketika Kiai Gusdur melontarkan pernyataan : “DPR dulu TK sekarang playgroup”. (Tentu saja, pernyataan ini dianggap menghina lembaga tinggi Negara dan banyak para politisi merasa tersinggung)

3.   Masyarakat Indonesia menjadi semakin tidak mengerti, kalau kaum terpelajar saja banyak yang tidak mengerti atas pernyataan dan sikap Kiai Gusdur, kalau kaum cendekiawan saja bingung dengan sikap dan pernyataan Kiai Gusdur, apalagi masyarakat umum dan orang awam, tentu lebih bingung lagi.

4.   Presiden dengan para politisi yang seharusnya bekerjasama dalam membangun bangsa ini disegala bidang, tapi kenyataannya justeru berseteru dan bertentangan dengan sangat sengit, maka seluruh rakyat jadi bingung, mau jadi apa negara ini?

Kaidah Ketiga : “Arroiis khodimul Ummah”

الرئيس خادم الأمّة

“Pemimpin adalah pelayan masyarakat umum”

Pelaksanaan kaidah ini, berakibat :

1.  Istana yang selama ini tertutup bagi rakyat  biasa, berubah menjadi semakin terbuka bagi rakyat kecil, karena sikap Kiai Gusdur yang tidak berubah sikapnya seperti sikap pelayan masyarakat, atau lebih bersikap seperti santri yang biasa melayani masyarakat yang didasari oleh jiwa pengabdian yang ikhlas, itulah jiwanya para alim ulama (ruuhul  ‘ulama-ul mukhlishin). Tentu rakyat merasa janggal, bila melihat presidennya di istana melambaikan tangan dengan memakai celana kolor.

2.  Ketika beliau berkunjung ke teman-temannya  atau  berkunjung ke pesantren-pesantren, beliau  tidak mau dikawal, membuat protokoler kepresidenan dan Paspampres menjadi sangat kerepotan. Hal ini bertentangan dengan kebiasaan presiden, dan bertentangan dengan kebiasaan pejabat tinggi negara. (mingkin, masih banyak kebiasaan lain yang kurang pas  sebagai pejabat tinggi negara)

Kaidah Keempat : “la tuakhkhiru ‘amalal yaum ilal ghod”

لا تؤخّر عمل اليوم الى الغد

“Jangan menunda pekerjaan detik ini, hari ini untuk dikerjakan besok”

Pelaksanaan kaidah ini, berakibat :

1.  Bertambahnya kesibukan protokoler kepresidenan, disebabkan Presiden Gusdur menyadari banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga banyak acara yang tiba-tiba berubah, dan banyak rute jalan presiden yang tiba-tiba berubah. (sibuknya, karena semua perubahan sering di luar dugaan, dan bagi bawahannya tidak mungkin bersikap masa bodoh, jika presiden sibuk atau kemana-mana tanpa persiapan)

2.  Banyaknya kunjungan ke luar negeri selama masa jabatannya ( 80 kali perjalanan) dengan biaya negara, menimbulkan tuduhan bahwa Presiden Gusdur melakukan pemborosan uang Negara dengan banyaknya “jalan-jalan” ke luar negeri.  (Apakah tujuannya hanya jalan-jalan belaka, kalau beliau sendiri kurang menikmatinya karena cacad fisik?)

Kaidah Kelima :  “Hubbul wathon minal imaan”

حبّ الوطن من الإيمان

“Cinta pada tanah air sebagian dari keimanan”

Pelaksanaan kaidah ini, berakibat :

1.   Berdasarkan cintanya kepada tanah airnya, melahirkan “semangat demokrasi dan pluralisme untuk Indonesia yang bersatu, damai dan sejahtera”. Maka Kiai Gusdur mendapat gelar sebagi guru demokrasi dan bapak pluralisme. Semua ini sesuai dengan semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang bagi beliau tidak hanya  sebuah semboyan yang mati, tetapi menjadikan semboyan ini benar-benar diamalkan.

2.   Berdasarkan cintanya pada tanah air, mendorongnya untuk selalu berpegang teguh pada cita-cita luhur bangsa, kesepakatan bangsa, maka Kiai Gusdur mempunyai komitmen yang kuat pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta selalu berusaha menciptakan Indonesia yang bersatu, dan berupaya mencegah perpecahan apapun, berusaha mengangkat semua golongan minoritas yang tertidas atau terabaikan, merangkul semua kolompok masyarakat tersisihkan atau terhinakan, menciptakan persamaan harkat dan derajat semua suku dan semua kelompok masyarakat di Indonesia, dan berusaha menciptakan kerukunan beragama dan kebersamaan dengan hidup berdampingan secara damai. (cinta pada rakyat yang terbaik adalah berlandaskan cinta pada tanah air.  Dan  rasanya tidak logis, jika tidak mencintai rakyat, tapi ingin dicintai oleh rakyat, atau saat mencintai rakyat hanya saat kampanye saja dengan mengumbar janji-janji)

Kesimpulan

1.   Sebagai manusia biasa, tentu Kiai Gusdur memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangannya (cacad fisik) banyak membatasi aktifitasnya, akhirnya timbul rumor yang beredar, bahwa sikap kotroversil Kiai Gusdur karena kesalahan “juru bisik Presiden”.  Kiranya semua rumor itu tidak benar, dan kalau kesehatan Kiai Gusdur sempurna secara fisik, mungkin dalam masa jabatannya yang singkat akan lebih banyak prestasi yang dapat diukirnya untuk bangsa ini.

2.  Tidak dapat diprediksi, sikap berlebih-lebihannya dalam penghormatan, penghargaan, pengagungan dari para pengikut fanatik terhadap Kiai Gusdur, dan kemungkinan kalau kuburan Gusdur di pegunungan yang sepi, mungkin dalam sekejap berubah menjadi tempat yang ramai, dengan berdirinya tempat perklenikan atau perdukunan baru. Tentu akan terjadi keributan yang akan merepotkan pihak keamanan.

3.   Jika tidak ada usaha untuk merasionalkan sikap kontroversil Kiai Gusdur. Maka kemungkinan yang akan lebih berkembang adalah asumsi, pikiran-pikiran yang tidak rasional dan tidak logis. Usaha merasionalkan sikap kontroversilnya, tentunya  diarahkan untuk kebaikan bangsa ini mendatang.  Masih banyak sikap kontroversilnya yang belum dapat dijelaskan. (sumbang saran dari pembaca untuk pencapaian tujuan mempelajarinya tersebut di atas sangat dibutuhkan)

4.   Apakah akan terbukti sebuah kaidah dari teori sosiologi: “Jika pemimpinnya aneh, maka masyarakat yang dipimpinnya akan menjadi aneh”.   Apakah masyarakat Indonesia sekarang sedang berkembang menjadi “masyarakat yang aneh”?  Mari kita simak perkembangan masyarakat Indonesia selanjutnya.  Dan semoga saja kaidah ini tidak terbukti.

Penutup

1.   Semoga seluruh amal ibadah Kiai Gusdur diterima, diampuni semua dosanya dan diberikan tempat yang sesuai baginya di sisi Allah SWT. Yang Maha Kekal,  Amin.

2.  Memasuki tahun baru 2010, seluruh warga Indonesia yang mengharapkan adanya perubahan suasana ke arah yang lebih baik, dan menjadi Indonesia lebih maju lagi, semuanya mungkin akan lebih cepat terwujud,  jika melanjutkan tonggak-tonggak sejarah yang belum selesai, yang telah dirintis oleh Presiden keempat kita.

Tulisan ini merupakan kumpulan kutipan dari berbagai sumber.

_____

1) Kitab kumpulan ahaadiits, amtsaal, mahfudzoot, syiir dan sejenisnya.

Banyak kejadian bersejarah pada tanggal 10 Muharram, salah satu kejadian terbesar yang merubah keadaan manusia sampai saat ini, ialah kemenangan Nabi Musa Alaihi Salam atas raja Fir’aun. Nabi Musa Alaihi Salam beserta pengikutnya selamat menyeberangi laut Merah dan Raja Fir’aun dengan seluruh tentaranya tenggelam di laut Merah. (kejadian ini menunjukkan mu’jizat atau tanda kenabian dari Allah SWT. Kepada nabi Musa Alaihi Salam)

Perayaan 10 Muharram pada setiap tahun, hanya dirayakan oleh dua agama besar :

1. Agama Yahudi. Para pendeta Yahudi merayakan 10 Muharram setiap tahun, sesuai ajaran agama Yahudi, yakni berpuasa sehari penuh.

2. Agama Islam. Umat Islam merayakan 10 Muharram setiap tahun, sesuai ajaran agama islam, yakni :

a. Berpuasa mulai tanggal 9 sampai tanggal 10 Muharram, berpuasa dua hari.

b. Memberikan santunan kepada para yatim piatu, dan menjadikannya sebagai hari raya anak yatim. (dan pada hari lainpun tetap memberikan santunan kepada anak yatim, jadi tidak hanya sekali dalam setahun)

Semoga mereka yang merayakan 10 Muharram, sesuai janji pasti dari Tuhan Yang Maha Benar dan Tuhan tidak pernah menyalahi janjiNya, yakni :

1. Mendapatkan ampunan dan diampuni semua dosanya pada tahun yang telah lalu.

2. Ditambahkan sifat-sifat baik, seperti : rendah hati, sopan santun, ramah tamah, tidak sombong, menghargai dan menyayangi semua orang, selalu tawadlu’ dan lain-lain.

3. Dihilangkan semua sifat-sifat buruk seperti : tidak memuji diri, tidak merasa paling hebat, tidak merasa paling suci, tidak serakah terhadap harta, tidak ambisi terhadap kekuasaan, tidak terobsesi untuk penyalahgunaan wewenang, dan lain-lain.

4. Mendapatkan kekayaan dan kekuatan jiwa dalam mengendalikan semua hawa nafsu, dan kecenderungan hati untuk beribadah dan kecenderungan hati kepada yang baik, benar dan halal, serta terhindar dari hal-hal yang dimurkai Tuhan Yang maha Kuasa.

Sebaiknya kita semua ikut merayakan 10 Muharram, minimal berjiwa besar dan menyantuni anak yatim dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih apapun.

Catatan : Perhitungan tanggal masehi selalu berubah setiap tahun, karena tanggal masehi berdasarkan perhitungan peredaran matahari, tanggal hijriyah berdasarkan perhitungan peredaran bulan :

– Pada tahun 2009 bertepatan tanggal 26 Desember untuk 9 Muharram, dan 27 Desember untuk 10 Muharram.

 – Pada tahun 2010 bertepatan tanggal 15 Desember untuk 9 Muharram, dan 16 Desember untuk 10 Muharram.

Suatu bahasa yang dikenal sebagai sarana untuk berkomunikasi dalam bersosialisasi, mengalami dinamika perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu, berikut akan dibahas secara sepintas mengenai : a) Manusia dan Bahasa, b) Perkembangan Bahasa, c) Bentuk Bahasa dan perkembangannya, d) Bahasa Standar dan bahasa Prokem, e) Bahasa Hidup, Mati atau Punah, f) Kecenderungan dan Tuntutan bagi Perkembangannya.

A.      Manusia dan Bahasa

Manusia normal selalu berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya, untuk keperluan itu digunakan bahasa.  Upaya untuk menguasai suatu bahasa tertentu, tidak terpisahkan dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya dan untuk memperoleh keunggulan nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa tersebut, seperti : nilai ekonomis, nilai politis, nilai sosio-kultural dan lain-lain.

Seorang manusia sejak lahir telah memiliki kemampuan untuk menguasai suatu bahasa, kemampuan ini terus berkembang seiring dengan bertambahnya kematangan kepribadiannya, sehingga manusia dapat menciptakan dan menggunakan lambang-lambang dan simbol-simbol yang menggambarkan arti dan pengertian tertentu, maka manusia disebut “animal simbolicum” atau “al hayawanun naatiq”.

B.      Perkembangan Bahasa

Sebagai makhluk sosial, seseorang akan mengalami proses interaksi dengan orang-orang di sekitarnya, baik berkomunikasi antar pribadi, intern kelompoknya, atau dengan kelompok lainnya. Proses ini akan mengembangkan suatu bahasa pada sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah, sesuai dengan kebiasaan, adat istiadat, dan budaya pada kelompok masyarakat tersebut.

Berkembangnya suatu bahasa dalam suatu wilayah dan penyebarannya ke wilayah lain, akan berproses secara alamiah dalam waktu yang cukup lama. Pertumbuhan dan perkembangannnya ke wilayah-wilayah lain, ditentukan oleh banyaknya jumlah penutur yang tersebar. Banyak bahasa yang perkembangannya sudah mendunia, yakni bahasa-bahasa yang diakui secara resmi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), antara lain : Bahasa Inggris, Bahasa Prancis, Bahasa Jerman, Bahasa Mandarin, Bahasa Arab, dan lain-lain.

C.      Bentuk Bahasa Dan Perkembangannya

Secara umum bentuk bahasa terbagi dua, bahasa lisan dan bahasa tulisan. Adapun Bahasa isyarat adalah penjabaran atau bersumber dari bahasa lisan yang dipergunakan oleh tunawicara. Perkembangan dari masing-masing bentuk bahasa tersebut, baik langsung maupun tidak langsung, lebih banyak ditentukan oleh tuntutan dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam bermasyarakat.

Perkembangan bahasa lisan mendahului bahasa tulisan, terutama ketika manusia belum mengenal tulis-baca. Maka dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial lebih banyak dipergunakan bahasa lisan, karena lebih praktis dan tidak memerlukan media selain dari  berfungsinya alat pengucapan, suara yang dihasilkan, dan alat pendengar dari tubuh manusia sendiri. (mulut yang dapat bicara dan telinga yang dapat mendengar)

Perkembangan bahasa tulisan mulai dikenal sejak abad kelima, sejak manusia menuliskan simbol-simbol pada lempengan tanah liat yang dikeringkan, lalu ditemukan papyrus, kertas dan sekarang komputer, digital dan internet. Bentuk bahasa tulisan lebih banyak mempergunakan bahasa standar, terutama untuk dokumen-dokumen resmi dan dokumen-dokumen ilmiah yang mengandung “pengertian yang tinggi”. Bahasa tulisan akan terus berkembang seiring berkembangnya istilah-istilah resmi dan istilah-istilah semua disiplin keilmuan.

D.      Bahasa Standar Dan Bahasa Prokem

Bahasa standar adalah bahasa yang baik dan benar, bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah dan tata bahasanya, mempergunakan kata-kata baku yang umum, mempergunakan kalimat-kalimat efektif, dalam paragraf-paragraf yang sistematis, seluruhnya menjelaskan suatu makna dan pengertian secara jelas dan gamblang.

Memerhatikan seorang anak dalam menangkap dan menguasai suatu bahasa yang menjadi bahasa ibu (atau bahasa pertama yang dikuasainya), kerapkali terjadi kesalahan pengucapan suatu kata,  dalam pelafalan hurufnya, beda pelafalan ini  tanpa membedakan arti atau mengandung arti yang berbeda. Pada pelafalan baru disertai susunan kata baru dengan arti baru.  Bahasa baru ini lebih berkembang karena dipengaruhi oleh sekelompok orang di lingkungannya, disebut bahasa prokem, atau bahasa slang, atau bahasa ‘amiyah.

Bahasa prokem dianggap menyalahi aturan tata bahasa, dan merusak bahasa baku dan oleh sebagian orang dianggap sebagai “kemunduran” dalam berbahasa, bahkan menggunakan bahasa prokem dianggap “tidak sopan”. Karena suatu anggapan, bahwa bertutur yang sopan-santun itu, tidak menggunakan bahasa prokem. Akhirnya penggunaan bahasa prokem terbatas pada sekelompok orang tertentu. Apakah bahasa prokem semuanya mengandung kata-kata yang “jelek”? Bagaimana bertutur dengan menggunakan bahasa yang standar dan sopan, tapi menyinggung perasaan pendengarnya dan menyakitkan hati pendengarnya? (Dimana letaknya sopan santunnya?)

Bahasa prokem adalah bukti dari kreatifitas sekelompok orang yang merupakan pecahan atau pengembangan dari bahasa standar. Tanpa bahasa standar bahasa prokem tidak pernah ada. Berkembangnya bahasa prokem merupakan tuntutan dalam berkomunikasi pada sekelompok masyarakat, dengan menggunakan bahasa prokem, pergaulan menjadi lebih akrab, lebih komunikatif, dan lebih efektif. Jadi pada sekelompok masyarakat tertentu lebih banyak menggunakan bahasa prokem, maka siapapun yang berupaya memusnahkan bahasa prokem adalah upaya yang sia-sia.

E.      Bahasa Hidup, Mati Atau Punah

Siklus pertumbuhan dan perkembangan suatu bahasa, seperti siklus suatu makhluk, ada yang hidup, mati atau punah. Gejala suatu bahasa yang hidup, mati atau punah dapat diketahui, perubahan dari bahasa yang hidup menjadi mati atau punah tidak dapat diprediksi dan tidak dapat diukur kapan waktunya dengan tepat.

Pada bahasa yang hidup, terdapat tiga gejala yang dominan :

1.  Bahasa tersebut terjadi penyebaran ke wilayah lain, walaupun sedikit/kecil.

2.  Jumlah penuturnya relatif stabil, atau bertambah dari waktu ke waktu.

3.  Jumlah perbendaharaan katanya cenderung bertambah, kosa kata baru yang terpakai, lebih banyak dari kosa kata lama yang tidak terpakai.

Pada bahasa yang mati, terdapat tiga gejala yang dominan :

1.  Bahasa tersebut tidak terjadi penyebaran ke wilayah lain.

2.  Jumlah penuturnya berkurang dari waktu ke waktu.

3.  Jumlah perbendaharaan katanya tidak bertambah dan penggunaannya sedikit, seperti:Bahasa Latin hanya dipakai dalam istilah-istilah bidang kedokteran, Bahasa Sanskerta hanya dipakai pada nama-nama bangunan di Indonesia, Bahasa Yunani hanya dipakai pada nama produk-produk teknologi terbaru, dan lain-lain.

Pada bahasa yang punah, terdapat tiga gejala yang dominan :

1.  Penuturnya sangat jarang hanya beberapa orang, atau mungkin tidak ada lagi.

2.  Perbendaharaan katanya banyak yang hilang dari penutur yang ada/tersisa.

3.  Tidak ada dokumentasi berupa tulisan apapun, sehingga tidak dapat dipelajari kembali.

Perubahan dari bahasa yang hidup menjadi bahasa yang mati, bukan disebabkan tidak memiliki kaidah bahasa yang lengkap, atau tidak memiliki tata bahasa yang sempurna, tapi lebih banyak ditentukan oleh kecenderungan-kecenderungan yang berubah dalam upaya memenuhi segala kebutuhan hidup pada masyarakat tertentu. Kerapkali bahasa yang mati yang tertinggal hanya dokumen tertulis, atau mungkin tidak ada lagi orang yang mengerti tentang maksud dan arti dari tulisan tersebut.

Perubahahan dari bahasa hidup menjadi bahasa yang punah, disebabkan oleh penuturnya yang tidak lagi mempergunakannya, dan tidak terdapat dokumentasi tertulis apapun. Dengan punahnya suatu bahasa, maka semua nilai-nilai budaya yang terkandung dalam bahasa tersebut juga ikut punah. Kepunahan tersebut menyebabkan kemanusiaan  mengalami kerugian, yakni manusia modern akan menjadi “semakin miskin nilai-nilai luhur”.

Semua bahasa prokem dari semua bahasa, besar kemungkinan untuk punah, terutama bila ada tidak upaya mendokumentasikannya, baik berupa buku, film, CD, DVD atau lain-lain. Apakah pengkajian terhadap bahasa prokem, merupakan penurunan kualitas ilmiah, kiranya  perlu dikaji kembali?

Banyak bahasa-bahasa daerah di Nusantara yang hilang, mungkin akibat dampak kebijakan memperkuat Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa. Walaupun ada kebijakan memasukkan bahasa daerah sebagai muatan lokal pada pendidikan, tetapi bahasa-bahasa daerah masih tidak berkembang, bahkan tetap banyak yang hilang. Janganlah beranggapan bahwa pada bahasa-bahasa masyarakat yang tinggal di kepulauan Nusantara tersebut tidak terdapat nilai-nilai budaya yang luhur.

F.      KECENDERUNGAN DAN TUNTUTAN BAGI PERKEMBANGANNYA.

Kecenderungan umum, semua orang untuk memilih hal-hal yang lebih praktis, lebih mudah dan lebih sederhana, dari pada sebaliknya. (Kalau ada yang praktis, mudah dan sederhana, mengapa pilih yang ribet, sulit dan rumit?)  Kecenderungan ini berlaku pula dalam pemilihan bahasa. Maka kebanyakan orang beranggapan, bahwa bahasa ibunya adalah bahasa yang paling mudah, sebelum mempelajari bahasa lainnya.

Tuntutan pekerjaan, sering memaksa seseorang untuk mempelajari bahasa tertentu, terutama jika lowongan pekerjaan dipersyaratkan demikian. Tuntutan untuk mencapai kesuksesan di suatu tempat kerja, sering memaksa seseorang untuk belajar suatu bahasa, contohnya : Seseorang yang akan bertugas di Prancis atau di Cina, maka dia harus belajara bahasa Prancis atau bahasa Mandarin.

Tuntutan akan kebutuhan ilmu pengetahuan dan budaya, akan menambah jumlah orang yang belajar suatu bahasa, sehingga bahasa tersebut semakin menyebar. Contohnya: siapapun yang ingin belajar dan mengetahui budaya Jawa, maka dia akan belajar bahasa Jawa lalu datang ke pulau Jawa (ke tempat asalnya) . Mungkin budaya jawa masih menarik perhatian sebagian orang belanda sehingga sampai sekarang masih berkembang bahasa jawa di Belanda.(bahasa jawa yang halus, atau kromo inggil)

Pergaulan internasional dalam interaksi perdagangan, lebih cepat menyebarkan suatu bahasa, contohnya penutur bahasa Inggris dan bahasa Indonesia di Jedah, Mekah dan Madinah semakin bertambah, di pasar-pasar pada setiap musim haji di sana. Penuturnya bukan hanya dari bangsa arab tapi juga dari bangsa-bangsa lain yang berada di sana.

Kesimpulan

1.     Penggunaan istilah-istilah keilmuan, atau suatu terminologi haruslah tepat, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Hal ini  sering membingungkan orang awam, yang tidak bermaksud untuk mendalami “pengetian yang tinggi” tentang suatu masalah dari suatu disiplin ilmu pengetahuan.

2.    Masyarakat umum lebih mementingkan bahasa yang sifatnya praktis dari pada bahasa standar, karena tingkat kemampuan berbahasa seharusnya tidak menghambat dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Walau tingkat kemampuan berbahasa yang rendah sering ditandai dengan kesalahan baik dalam pelafalan/pengucapan atau penulisan. 

3.    Setiap orang dari penutur asli bahasa apa saja akan merasa bergembira jika bahasanya dipergunakan oleh orang lain/asing, serta akan memberikan pujian dan penghargaan yang tinggi, jika bahasanya diucapkan dan atau ditulis dengan benar.

Sekali anti imperialisme, maka selamanya anti imperialisme.

Sekali anti kolonialisme, maka selamanya anti kolonialisme.

Sekali anti chauvinisme, maka selamanya anti chauvinisme.

Sekali anti komunisme, maka selamanya anti komunisme.

Sekali anti terorisme, maka selamanya anti terorisme.

Sekali anti penindasan dalam bentuk apapun, maka selamanya anti penindasan dalam bentuk apapun.

Sekali anti penjajahan dari manapun, maka selamanya anti penjajahan dari manapun.

Sekali anti eksploitasi ekonomi oleh siapapun, maka selamanya anti eksploitasi ekonomi oleh siapapun.

Sekali anti monopoli usaha oleh siapapun, maka selamanya anti monopoli usaha oleh siapapun.

Sekali anti klaim budaya oleh siapapun, maka selamanya anti klaim budaya oleh siapapun.

Sekali membela kebenaran, maka selamanya membela kebenaran.

Sekali membela kejujuran, maka selamanya membela kejujuran.

Sekali membela keadilan, maka selamanya membela keadilan.

Sekali mengabdi kepada bangsa dan negara, maka selamanya mengabdi kepada bangsa dan negara.

Sekali menjunjung tinggi harkat kemanusiaan, maka selamanya menjunjung tinggi harkat kemanusiaan.

Sekali bertanggung jawab menjaga amanah, maka selamanya bertanggung jawab menjaga amanah.

Sekali berbakti kepada masyarakat, maka selamanya berbakti kepada masyarakat.

Sekali menciptakan kerukunan masyarakat, maka selamanya menciptakan kerukunan masyarakat.

Sekali membantu mewujudkan ketentraman masyarakat, maka selamanya membantu mewujudkan ketentraman masyarakat.

Sekali bersikap rendah hati dalam bermasyarakat, maka selamanya bersikap rendah hati dalam bermasyarakat.

Sekali ramah tamah dalam bergaul dengan siapa saja, maka selamanya ramah tamah dalambergaul dengan siapa saja.

Sekali bersopansantun dalam bermasyarakat, maka selamanya bersopansantun dalam bermasyarakat.

Sekali berusaha menjadi warga teladan, maka selamanya berusaha menjadi warga teladan.

Sekali menghargai privasi pribadi seseorang, maka selamanya menghargai privasi pribadi seseorang.

Sekali membantu seseorang dengan ikhlas, maka selamanya membantu seseorang dengan ikhlas.

Sekali menutup aib dan cela seseorang, maka selamanya menutup aib dan cela seseorang.

Sekali tidak mempermalukan seseorang, maka selamanya tidak mempermalukan seseorang.

Sekali mencegah terjadinya fitnah, maka selamanya mencegah terjadinya fitnah.

Sekali menjaga nama baik seseorang, maka selamanya menjaga nama baik seseorang.

Sekali anti pelecehan seksual, maka selamanya anti pelecehan seksual.

Sekali anti pornografi, maka selamanya anti pornografi.

Sekali anti pornoaksi, maka selamanya anti pornoaksi.

Sekali anti kata-kata tidak senonoh, maka selamanya anti kata-kata tidak senonoh.

Sekali anti penyelewengan, maka selamanya anti penyelewengan.

Sekali anti perselingkuhan, maka selamanya anti perselingkuhan.

Sekali anti asusila, maka selamanya anti asusila.

Sekali anti narkoba dalam bentuk apa saja, maka selamanya anti narkoba dalam bentuk apa saja.

Sekali anti bermabuk-mabukan, maka selamanya anti bermabuk-mabukan.

Sekali anti sakau dan teler dari minuman apapun, maka selamanya anti sakau dan teler dari minuman apapun.

Sekali mencegah penyalahgunaan obat-obatan, maka selamanya mencegah penyalahgunaan obat-obatan.

Sekali tidak  ingin mencoba narkoba, maka selamanya tidak  ingin mencoba narkoba.

Sekali tidak  ingin dirayu oleh narkoba, maka selamanya tidak  ingin dirayu oleh narkoba.

Sekali menjunjung tinggi kemuliaan akal pikiran, maka selamanya menjunjung tinggi kemuliaan akal pikiran.

Sekali anti korupsi, maka selamanya anti korupsi.

Sekali tidak memakan uang korupsi, maka selamanya tidak memakan uang korupsi.

Sekali tidak mau diajak untuk melakukan korupsi, maka selamanya tidak mau diajak untuk melakukan korupsi.

Sekali membela pemberantasan korupsi, maka selamanya membela pemberantasan korupsi.

Sekali mencegah tindak korupsi, maka selamanya mencegah tindak korupsi.

Sekali tidak membuka peluang untuk korupsi, maka selamanya tidak membuka peluang untuk korupsi.

Sekali tidak memanfaatkan peluang korupsi, maka selamanya tidak memanfaatkan peluang korupsi.

Sekali tidak merebut uang haram, maka selamanya tidak merebut uang haram.

Sekali tidak menyerobot hak orang lain, maka selamanya tidak menyerobot hak orang lain.

Sekali tidak menggelapkan milik negara berupa apapun, maka selamanya tidak menggelapkan milik negara berupa apapun.

Sekali tidak merugikan bangsa dan negara dalam hal apapun, maka selamanya tidak merugikan negara dalam hal apapun.

Sekali memajukan kesejahteraan umum, maka selamanya memajukan kesejahteraan umum.

Sekali menciptakan kesejahteraan rakyat, maka selamanya menciptakan kesejahteraan rakyat.

Sekali melindungi tumpah darah seluruhnya, maka selamanya melindungi tumpah darah seluruhnya.

Sekali mencerdaskan kehidupan bangsa, maka selamanya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sekali melaksanakan pengabdian masyarakat, maka selamanya melaksanakan pengabdian masyarakat.

Sekali menyadari hak kemerdekaan bangsa, maka selamanya menyadari hak kemerdekaan bangsa.

Sekali menjunjung tinggi nilai-nilai perjuangan, maka selamanya menjunjung tinggi nilai-nilai perjuangan.

Sekali menghormati lambang-lambang negara, maka selamanya menghormati lambang-lambang negara.

Sekali mengangkat martabat bangsa, maka selamanya mengangkat martabat bangsa.

Sekali mengharumkan nama bangsa di dunia, maka selamanya mengharumkan nama bangsa di dunia.

Sekali membina persatuan dan kesatuan, maka selamanya membina persatuan dan kesatuan.

Sekali memelihara keutuhan bangsa, maka selamanya memelihara keutuhan bangsa.

Sekali sadar berbangsa dan bernegara, maka selamanya sadar berbangsa dan bernegara.

Sekali menikmati hidup sehat dan tentram, maka selamanya menikmati hidup sehat dan tentram.

Sekali bersyukur atas segala karuniaNya, maka selamanya bersyukur atas segala karuniaNya.

Sekali bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka selamanya bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sekali istiqomah dan teguh dalam kebaikan, maka selamanya istiqomah dan teguh dalam kebaikan.

Semoga kita semua berusaha disertai  bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa

(gambar perayaan tahunan di Sumba, diunduh dari : http://www.indo.net.id)

April 2024
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Arsip

Makna Lagu Kebangsaan

PEMERINTAHAN YANG BERDAULAT MENURUT PANC

Meninjau Dampak Pendidikan Secara Umum

Pernikahan seorang Kiai

Mengenang Penjajahan di Indonesia

HUKUM PUASA : WAJIB DAN TIDAK WAJIB

NEGARA KERAJAAN ATAU REPUBLIK : SUATU PE

Dampak Penetrasi Budaya

Romantika Kumbang Jalang

Nasionalisme Bebas atau Sempit

Dinamika Perkembangan Suatu Bahasa

Miskomunikasi Salah Satu Sumber Bencana

RUMUS PERKALIAN DALAM PEMBUKTIAN SOSIAL

Cinta Palsu atau Dusta ?

MENDAMBAKAN KEABADIAN DALAM KEHIDUPAN

RENUNGAN DI HARI KEMERDEKAAN RI KE 64

Waspadalah dengan Keindahan

SOSIALISASI PEMILU 2009

Apa Urgensinya Golput (Golongan Putih) ?

Awal Halal bi Halal

Mengenali Tuntutan Pekerjaan untuk Kesejahteraan

Program SMP Terbuka Berbasis TIK

MENGENANG KH ABDURRAHMAN WAHID

CINTA MANUSIA KEPADA TUHAN (bagian 1)

CINTA MANUSIA KEPADA TUHAN (bagian 2)

Pertarungan Tiada Akhir (Bagian Pertama)

Pertarungan Tiada Akhir (Bagian Kedua)

Semacam Samsat : Saran untuk Pelayanan Umum

Melalui Tangan, bukan Hati atau Pikiran

Selamat Idul Fitri 1429

DOA PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN KE-65 TA

Sekali, maka Selamanya …

Tragedi Wafatnya Ketua DPRD SUMUT

Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1430 H

Wahai Maha Penyayang : Doa Ramadlan 1430

Haruskah………….. semakin banyak?

Sepuluh November : Sebuah Kenangan

PERAYAAN 10 MUHARRAM

Bagaimana kalau … asal ?

Pemilu : Pilih Siapa ? Apa Kriterianya?

MENTALITAS KERJA RAYAP

Ramadlan dan Persatuan

SAFARI RAMADLAN, TAKBIR DAN RALLY LIAR

صوت الأعزب العجوز

جدة رنين

(العربية و الإندونيسية لكم : المفردات –

(العربية و الإندونيسية لكم : المفردات –

العربية و الإندونيسية لكم : الرقم ۱ - •

العربية و الإندونيسية لكم : المفردات -٢

(العربية و الإندونيسية لكم : المفردات –۱

(۱)العربية و الإندونيسية لكم : المفردات

(العربية و الإندونيسية لكم : المفردات –۱

العربية و الإندونيسية لكم : المفردات - ٣

العربية والإندونيسية لكم : النحو-١

العربية و الإندونيسية لكم : النحو - ٢

Kekuatan


Site Web Strength is 3.4/ 10
What is yours
Web Strength?

Pembaca mencapai

  • 372.076 orang